Ayattentang keluarga sakinah tersebut mencantumkan bahwa keluarga sakinah yang dikehendaki fitrah manusia dan agama ialah terwujudnya suasana keluarga yang satu tujuan. Apa yang dimaksud satu tujuan adalah selalu berkumpul dengan baik, rukun, dan akrab dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan Jawaban Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah Satu Yohanes 11-4, dan bahwa Ia adalah satu-satunya Anak Tunggal Allah Ibrani 11-4. Istilah kekeluargaan ini mengajar bahwa Allah memandang Yesus sebagai anggota keluarga. Orang percaya yang telah lahir baru diberitahu bahwa kita, juga, merupakan bagian dari keluarga ini Roma 98; 1 Yohanes 31-2. Bagaimana caranya menjadi anggota keluarga Allah? Ketika kita mendengar injil, mengakui dosa kita, dan menempatkan iman dan kepercayaan kita dalam Yesus Kristus, di saat itu kita dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai anak-anakNya dan menjadi ahli waris kekal bersama-Nya Roma 814-17. Meskipun Yesus Kristus dijuluki sebagai satu-satunya Anak Tunggal Allah, orang percaya disebut sebagai anak yang lahir ke dalam keluarga Allah yang perlu bertumbuh dewasa dalam iman Efesus 411-16, dan sebagai anak dan ahli waris yang diangkat ke dalam keluarga-Nya Galatia 44-7. Kasih karunia Allah yang tak terbatas, serta kemurahan-Nya diungkapkan di dalam Efesus 15-6, yang berkata bahwa Ia menebus orang berdosa, yang telah Ia "telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya." Sebagai anak-anak Allah, warisan apa yang akan kita terima? Tidak kurang dari kerajaan Allah Matius 2534; 1 Tesalonika 212; Ibrani 1228! Efesus 13 mengajar bahwa orang percaya telah diberkati dengan semua berkat rohani di alam surgawi di dalam Kristus. Berkat rohani ini tak terbatas, kekal, dan berdiam di dalam Kristus, dan oleh karena kasih karunia Allah kita diberi berkat-berkat ini sebagai anak-anakNya. Sebagai anak jasmani tentunya kita akan menerima warisan yang ditinggalkan orang tua kita. Namun dalam kasus rencana Allah, umat percaya telah memperoleh imbalan warisan-Nya karena dapat menikmati perdamaian dengan-Nya melalui pengorbanan Anak-Nya di atas salib. Adapun warisan lain yang berupa kediaman Roh Kudus di dalam hati kita ketika kita percaya di dalam Kristus Efesus 113-14, yang memampukan kita untuk hidup bagi-Nya sekarang juga, dan meyakinkan kita bahwa keselamatan kita sudah terjamin untuk selamanya Ibrani 724-25. Menjadi anggota keluarga Allah adalah berkat terbesar yang dilimpahkan atas orang percaya, yang seharusnya menimbulkan keharuan dan cinta yang mendalam. Kita tidak mampu melakukan apapun juga untuk melayakkan diri menerima kasih, kemurahan, dan kasih karunia-Nya; namun, kita dipanggil menjadi putra dan putri Allah yang Hidup Roma 925-26. Semoga kita menerima undangan-Nya dengan iman! English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah artinya menjadi bagian dari keluarga Allah?
Berkatrohani ini tidak terbatas, kekal dan berdiam di dalam Kristus. Tuhan memberikan jaminan keselamatan yang kekal, hidup selama-lamanya bersama Dia. Semuanya itu hanya bisa diterima dengan iman dan pengharapan di dalam Yesus. Bagaimana hidup bersama sebagai keluarga Allah. Dari dasar ayat firman Tuhan yang sudah kita baca,
Rencana Allah Bapa bagi Keluarga Kekal-Nya Keluarga Prafana Allah Keluarga ditetapkan oleh Allah. Itu adalah unit paling penting untuk sekarang dan selama-lamanya. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, kita adalah bagian dari sebuah keluarga. Kita masing-masing “adalah putra atau putri roh terkasih dari orangtua surgawi” dengan “sifat dan tujuan ilahi” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” Ensign November 1995, 102. Allah adalah Bapa Surgawi kita, dan kita tinggal di hadirat-Nya sebagai bagian dari keluarga-Nya dalam kehidupan prafana. Di sana kita mempelajari pelajaran-pelajaran pertama kita dan dipersiapkan untuk kefanaan lihat A&P 13856. Tujuan Kefanaan Karena kasih Allah bagi kita, Dia mempersiapkan sebuah rencana yang mencakup kedatangan kita ke bumi, tempat kita akan menerima tubuh dan diuji supaya kita dapat maju dan menjadi lebih seperti Dia. Rencana ini disebut “rencana keselamatan” Alma 2414, “rencana kebahagiaan yang besar” Alma 428, dan “rencana penebusan” Alma 1225; lihat juga ayat 26–33. Tujuan rencana Allah adalah untuk menuntun kita menuju kehidupan kekal. Allah menyatakan, “Inilah pekerjaan-Ku dan kemuliaan-Ku—untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” Musa 139. Kehidupan kekal adalah karunia terbesar Allah bagi anak-anak-Nya lihat A&P 147. Itu adalah permuliaan dalam tingkat tertinggi kerajaan selestial. Melalui rencana keselamatan, kita dapat menerima berkat kembali ke hadirat Allah ini dan menerima kegenapan sukacita. Pendamaian Yesus Kristus Untuk memperoleh permuliaan dalam kerajaan Allah, kita harus mengatasi dua rintangan kefanaan kematian dan dosa. Karena kita tidak dapat mengatasi satu pun dari rintangan ini oleh diri kita sendiri, Bapa Surgawi mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menjadi Juruselamat dan Penebus kita. Kurban pendamaian Juruselamat memungkinkan bagi semua anak Allah untuk mengatasi kematian jasmani, dibangkitkan, dan memperoleh kebakaan. Pendamaian juga memungkinkan bagi mereka yang bertobat dan mengikuti-Nya untuk mengatasi kematian rohani, kembali ke hadirat Allah untuk berdiam bersama-Nya, dan mendapatkan kehidupan kekal lihat A&P 453–5. Peranan Keluarga dalam Rencana Allah Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita dilahirkan ke dalam keluarga-keluarga. Dia menetapkan keluarga-keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, untuk membantu kita belajar asas-asas yang benar dalam suasana penuh kasih, dan mempersiapkan kita bagi kehidupan kekal. Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orangtua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya. Peranan Gereja Gereja menyediakan organisasi dan sarana untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada semua anak Allah. Gereja menyediakan wewenang imamat untuk melaksanakan tata cara-tata cara keselamatan dan permuliaan kepada semua orang yang layak dan bersedia untuk menerimanya. Kembali kepada Bapa Injil Yesus Kristus Rencana keselamatan adalah kegenapan Injil. Rencana itu mencakup Penciptaan, Kejatuhan, Pendamaian Yesus Kristus, dan semua hukum, tata cara, serta ajaran Injil. Itu menyediakan cara bagi kita untuk mengalami sukacita dalam kefanaan lihat 2 Nefi 225 dan juga berkat kehidupan kekal. Melalui Pendamaian Yesus Kristus, kita dapat dibersihkan dan dikuduskan dari dosa dan mempersiapkan diri masuk kembali ke hadirat Bapa Surgawi kita. Untuk menerima berkat ini, kita harus mengikuti asas dan tata cara Injil lihat Pasal-Pasal Kepercayaan 13. Kita harus Menjalankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah. Berpaling kepada Allah melalui pertobatan yang tulus, mengalami perubahan hati serta mengakui dan meninggalkan dosa. Menerima tata cara yang menyelamatkan melalui pembaptisan untuk pengampunan atas dosa-dosa. Dikukuhkan sebagai anggota Gereja dan menerima karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan. Bertahan sampai akhir dengan menaati perjanjian-perjanjian sakral. Asas-asas ini telah diajarkan sejak zaman Adam. Sewaktu kita sampai pada pemahaman dan memercayai kebenaran-kebenaran ini serta memperoleh kesaksian yang teguh mengenai Yesus Kristus, kita berusaha untuk mematuhi perintah-perintah-Nya dan ingin berbagi berkat-berkat kita dengan keluarga kita serta orang-orang lain lihat 1 Nefi 89–37. Dengan landasan kesaksian yang kuat ini, unsur-unsur lain dari kegiatan Gereja mengikuti secara alami. Pertumbuhan rohani pribadi terjadi sewaktu kita mendekat kepada Allah melalui doa, penelaahan tulisan suci, perenungan, dan kepatuhan. Nefi mengajarkan “Setelah kamu memasuki jalan yang sesak dan sempit ini, aku hendak bertanya apakah semuanya telah dilakukan? Lihatlah, aku berkata kepadamu Belum; karena kamu tidak datang sejauh ini kecuali melalui firman Kristus dengan iman yang tak terguncangkan kepada-Nya, bersandar seutuhnya pada jasa Dia yang perkasa untuk menyelamatkan. Karenanya, kamu mesti maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang. Karenanya, jika kamu akan maju terus, mengenyangkan diri dengan firman Kristus, dan bertahan sampai akhir, lihatlah, demikian firman Bapa Kamu akan memperoleh kehidupan kekal” 2 Nefi 3119–20. Kita masing-masing bertanggung jawab di hadapan Allah untuk belajar dan menaati perintah-perintah-Nya serta menjalankan Injil. Kita akan dihakimi menurut tindakan kita, keinginan hati kita, dan jenis orang seperti apa kita telah menjadi. Sewaktu kita menjadi pengikut sejati Yesus Kristus, kita mengalami perubahan hati yang hebat dan “tidak memiliki lagi watak untuk melakukan yang jahat” Mosia 52; lihat juga Alma 512–15; Moroni 1032–33. Sewaktu kita menjalankan Injil Yesus Kristus, kita tumbuh baris demi baris, menjadi lebih seperti Juruselamat dalam mengasihi dan melayani orang lain. Peranan Pemimpin Gereja dan Guru Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berusaha untuk menolong orang-orang lain menjadi pengikut sejati Yesus Kristus lihat Mosia 1818–30. Untuk membantu individu dan keluarga dalam upaya ini, mereka Mengajar dan bersaksi mengenai ajaran-ajaran murni Injil Yesus Kristus. Memperkuat individu dan keluarga dalam upaya mereka untuk menaati perjanjian-perjanjian sakral mereka. Memberikan nasihat, dukungan, dan kesempatan untuk pelayanan. Selain itu, para pemimpin imamat tertentu memiliki wewenang untuk mengawasi pelaksanaan tata cara-tata cara imamat yang menyelamatkan. Membentuk Keluarga Kekal Keluarga adalah pusat dari rencana Allah, yang menyediakan suatu cara untuk melanjutkan hubungan keluarga hingga di balik kubur. Tata cara dan perjanjian sakral bait suci, yang ditaati dengan setia, menolong kita kembali ke hadirat Allah, dipersatukan secara kekal bersama keluarga kita. Suami dan Istri Permuliaan di tingkat tertinggi kerajaan selestial dapat dicapai hanya oleh mereka yang telah dengan setia menjalankan Injil Yesus Kristus dan dimeteraikan sebagai pasangan kekal. Pemeteraian suami dan istri untuk waktu fana dan kekekalan melalui wewenang imamat—juga dikenal sebagai pernikahan bait suci—adalah hak istimewa dan kewajiban sakral yang hendaknya diupayakan semua orang untuk diterima. Itu adalah landasan keluarga kekal. Sifat roh laki-laki dan perempuan membuat mereka saling melengkapi. Pria dan wanita dimaksudkan untuk maju bersama menuju permuliaan. Tuhan telah memerintahkan para suami dan istri untuk mengikatkan diri satu sama lain lihat Kejadian 224; A&P 4222. Dalam perintah ini, kata mengikatkan diri berarti sepenuhnya mengabdikan diri dan setia kepada seseorang. Pasangan yang sudah menikah mengikatkan diri kepada Allah dan satu sama lain dengan saling melayani dan mengasihi serta dengan menaati perjanjian-perjanjian dalam kesetiaan penuh kepada satu sama lain dan kepada Allah lihat A&P 2513. Satu pasangan harus menjadi satu dalam membentuk keluarga mereka sebagai dasar suatu kehidupan yang saleh. Para suami dan istri Orang Suci Zaman Akhir meninggalkan kehidupan lajang mereka dan membangun pernikahan mereka sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka. Mereka tidak memperkenankan orang atau kepentingan lain memiliki prioritas yang lebih besar dalam kehidupan mereka daripada menaati perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah dan satu sama lain. Meskipun demikian, pasangan suami istri terus mengasihi dan mendukung orangtua dan saudara mereka sambil memusatkan perhatian pada keluarga mereka sendiri. Dengan cara serupa, orangtua yang bijak menyadari bahwa tanggung jawab keluarga mereka berlanjut sepanjang kehidupan dalam semangat kasih dan dorongan. Menjadi satu dalam pernikahan menuntut kemitraan penuh. Sebagai contoh, Adam dan Hawa bekerja bersama, berdoa dan beribadat bersama, mempersembahkan kurban bersama, mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka bersama, dan berduka nestapa bersama atas anak-anak yang tidak patuh lihat Musa 51, 4, 12, 27. Mereka dipersatukan kepada satu sama lain dan kepada Allah. Orangtua dan Anak “Perintah pertama yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orangtua, sebagai suami dan istri .… Perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”. Melalui rancangan ilahi, baik pria maupun wanita perlu mendatangkan anak-anak ke dalam kefanaan dan menyediakan lingkungan terbaik untuk membesarkan dan mengasuh anak-anak. Pemantangan seksual yang sepenuhnya sebelum pernikahan dan kesetiaan mutlak dalam pernikahan melindungi kekudusan dari tanggung jawab sakral ini. Orangtua serta para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap hendaknya melakukan segala yang dapat mereka lakukan untuk memperkuat ajaran ini. Mengenai peranan ayah dan ibu, para pemimpin Gereja telah mengajarkan “Para ayah harus memimpin keluarga mereka dalam kasih dan kebenaran serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarga mereka. Para ibu terutama bertanggung jawab bagi pengasuhan anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”. Apabila tidak ada ayah di rumah, ibu mengetuai keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab yang ditetapkan secara ilahi “untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran, memenuhi kebutuhan fisik dan rohani mereka, dan mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, mematuhi perintah-perintah Allah, dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal.” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”; lihat juga Mosia 414–15. Orangtua yang bijak mengajar anak-anak mereka untuk menerapkan kuasa Pendamaian yang menyembuhkan, memperdamaikan, dan memperkuat dalam keluarga mereka. Sama seperti dosa, kelemahan fana, luka emosional, dan amarah adalah kondisi yang memisahkan anak-anak Allah dari-Nya, kondisi yang sama ini dapat memisahkan anggota keluarga satu sama lain. Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk berjuang bagi kesatuan keluarga. Anak-anak yang belajar berjuang bagi kesatuan di rumah akan mendapatinya lebih mudah untuk melakukannya di luar rumah. Anggota Gereja yang Belum Menikah Semua anggota, bahkan jika mereka belum pernah menikah atau tanpa keluarga dalam Gereja, hendaknya berusaha untuk memperoleh kehidupan ideal dalam sebuah keluarga kekal. Ini berarti mempersiapkan diri menjadi pasangan yang layak dan ayah atau ibu yang penuh kasih. Dalam sebagian kasus berkat-berkat ini tidak akan digenapi sampai kehidupan yang akan datang, tetapi tujuan terakhir adalah sama bagi semua orang. Para anggota setia yang keadaan mereka tidak memungkinkan mereka untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal dan menjadi orangtua dalam kehidupan ini akan menerima semua berkat yang dijanjikan dalam kekekalan, asalkan mereka menaati perjanjian-perjanjian yang mereka buat dengan Allah. Rumah Tangga dan Gereja Dalam ajaran dan praktik Injil yang dipulihkan, keluarga dan Gereja menolong serta memperkuat satu sama lain. Agar memenuhi syarat untuk berkat-berkat kehidupan kekal, keluarga perlu belajar ajaran-ajaran dan menerima tata cara-tata cara imamat yang tersedia hanya melalui Gereja. Agar menjadi organisasi yang kuat dan vital, Gereja memerlukan keluarga-keluarga yang saleh. Allah telah mengungkapkan sebuah pola kemajuan rohani bagi individu dan keluarga melalui tata cara, ajaran, program, dan kegiatan yang berpusat di rumah serta didukung Gereja. Organisasi dan program Gereja ada untuk memberkati individu dan keluarga serta bukan demi program dan organisasi semata. Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berupaya untuk membantu orangtua, bukan untuk menggantikan atau mengambil tempat mereka. Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap harus berikhtiar untuk memperkuat kesakralan rumah tangga dengan memastikan bahwa semua kegiatan Gereja mendukung kehidupan individu dan keluarga. Para pemimpin Gereja perlu berhati-hati untuk tidak membebani keluarga-keluarga dengan terlalu banyak tanggung jawab Gereja. Orangtua dan para pemimpin Gereja bekerja bersama untuk menolong individu dan keluarga kembali kepada Bapa kita di Surga dengan mengikuti Yesus Kristus. Memperkuat Rumah Tangga Pengikut Yesus Kristus diundang untuk “berkumpul,” “berdiri di tempat-tempat kudus,” dan “tidak berpindah” A&P 4532; 878; 10122; lihat juga 2 Tawarikh 355; Matius 2415. Tempat-tempat kudus ini meliputi bait suci, rumah, dan gedung gereja. Kehadiran Roh dan perilaku mereka di dalam bangunan-bangunan fisik inilah yang membuatnya menjadi “tempat-tempat kudus.” Di mana pun para anggota Gereja tinggal, mereka hendaknya menegakkan sebuah rumah di mana Roh hadir. Semua anggota Gereja dapat melakukan upaya untuk memastikan bahwa tempat tinggal mereka menyediakan tempat perlindungan dari dunia. Setiap rumah di Gereja, besar atau kecil, dapat menjadi “rumah doa, rumah puasa, rumah iman, rumah pembelajaran, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah” A&P 88119. Para anggota Gereja dapat mengundang Roh ke dalam rumah mereka melalui cara-cara sederhana seperti hiburan yang sehat, musik yang baik, dan karya seni yang mengilhami contohnya, lukisan Juruselamat atau sebuah bait suci. Sebuah rumah dengan orangtua yang penuh kasih dan setia adalah tempat di mana kebutuhan rohani dan jasmani anak-anak terpenuhi dengan paling efektif. Rumah yang terpusat kepada Kristus memberikan kepada para orang dewasa dan anak-anak sebuah tempat untuk pertahanan melawan dosa, perlindungan dari dunia, penyembuhan dari rasa sakit emosional dan lainnya, serta kasih yang diperbuat dan tulus. Orangtua selalu telah diperintahkan untuk membesarkan anak-anak mereka “di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” Efesus 64; Enos 11 dan “dalam terang dan kebenaran” A&P 9340. Presidensi Utama menyatakan “Kami meminta para orangtua untuk membaktikan upaya-upaya terbaik mereka untuk mengajarkan dan membesarkan anak-anak mereka dalam asas-asas Injil yang akan mempertahankan mereka dekat dengan Gereja. Rumah adalah dasar dari suatu kehidupan yang saleh, dan tidak ada perantaraan lain yang dapat mengambil tempatnya atau memenuhi fungsi penting dalam membawa ke depan tanggung jawab yang diberikan Allah ini. Kami menasihati para orangtua dan anak-anak untuk memberikan prioritas tertinggi bagi doa keluarga, malam keluarga, penelaahan dan pengajaran Injil, dan kegiatan-kegiatan keluarga yang sehat. Betapa pun layak dan pantasnya tuntutan atau kegiatan lain, itu tidak boleh diizinkan untuk menggantikan tugas-tugas yang ditetapkan secara ilahi yang hanya orangtua dan keluarga dapat lakukan secara memadai” Surat Presidensi Utama, 11 Februari 1999. Orangtua memiliki tanggung jawab utama untuk membantu anak-anak mereka mengenal Bapa Surgawi dan Putra-Nya, Yesus Kristus lihat Yohanes 173. Para ayah dan ibu Orang Suci Zaman Akhir telah diperintahkan untuk mengajarkan ajaran Injil, tata cara, perjanjian, dan cara hidup yang saleh kepada anak-anak mereka lihat A&P 6825–28. Anak-anak yang dibesarkan dan diajar dengan cara demikian lebih cenderung dipersiapkan pada usia yang tepat untuk menerima tata cara-tata cara imamat dan untuk membuat dan mematuhi perjanjian-perjanjian dengan Allah. Memperkuat keluarga adalah fokus program-program Gereja yang diilhami seperti pengajaran ke rumah lihat A&P 2047, 51, pengajaran berkunjung, dan malam keluarga. Sebagaimana dalam segala sesuatu, Yesus memberikan teladan dengan memasuki rumah-rumah untuk melayani, mengajar, dan memberkati lihat Matius 814–15; 910–13; 266; Markus 535–43; Lukas 1038–42; 191–9. Malam Keluarga Para nabi zaman akhir telah menasihati para orangtua supaya mengadakan malam keluarga mingguan untuk mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, memberikan kesaksian mengenai kebenarannya, dan memperkuat kesatuan keluarga. Para pemimpin pasak dan lingkungan harus memastikan hari Senin malam bebas dari semua pertemuan dan kegiatan Gereja sehingga malam keluarga dapat diadakan. Malam keluarga dapat mencakup doa keluarga, petunjuk Injil, berbagi kesaksian, nyanyian pujian dan lagu-lagu Pratama, serta kegiatan rekreasi yang sehat. Untuk informasi mengenai menggunakan musik di rumah, lihat Sebagai bagian dari malam keluarga, atau secara terpisah, orangtua juga dapat mengadakan dewan keluarga secara berkala untuk menetapkan gol-gol, menuntaskan persoalan, mengoordinasi jadwal, serta memberikan dukungan dan kekuatan kepada anggota keluarga. Malam keluarga adalah waktu keluarga yang sakral dan pribadi di bawah arahan orangtua. Para pemimpin imamat hendaknya tidak memberikan arahan mengenai apa yang hendaknya dilakukan keluarga selama waktu ini. Memperkuat Individu Para pemimpin Gereja hendaknya memberikan perhatian khusus kepada individu-individu yang saat ini tidak menikmati dukungan dari keluarga anggota Gereja yang kuat. Para anggota ini dapat mencakup anak-anak dan remaja yang orangtua mereka bukan anggota Gereja, individu-individu lain yang berada dalam keluarga yang hanya memiliki anggota Gereja sebagian, dan dewasa lajang segala usia. Mereka adalah anggota perjanjian dari keluarga kekal Allah, secara mendalam dikasihi oleh-Nya. Individu-individu ini hendaknya diberi kesempatan untuk melayani di Gereja. Gereja dapat menyediakan hubungan sosial dan penemanan yang sehat yang tidak dapat ditemukan para anggota ini di tempat lain. Setiap anggota Gereja adalah sama berharganya dengan setiap orang lainnya. Rencana kekal Allah menyediakan bagi semua anak-Nya yang setia untuk menerima setiap berkat kehidupan kekal, dipermuliakan dalam keluarga selamanya. Dalamayat di atas, Allah memaparkan empat golongan manusia ditinjau dari sisi keturunan yang dikaruaniakan kepada mereka. 1. Allah mengaruniakan anak perempuan saja. 2. Allah mengaruniakan anak laki-lakai saja. 3. Allah mengaruniakan anak laki-laki dan perempuan. 4. Allah menjadikan seseorang mandul, tidak beranak. Agama Katolik Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan pengertian keluarga, fungsi keluarga, peran Allah dalam kehidupan keluarga, Allah dan keluargaku, melibatkan Tuhan dalam kehidupan keluarga dalam mata pelajaran agama Kristen kelas XI revisi terbaru. Semoga apa yang admin bagikan kali ini dapat membantu anak didik dalam mencari referensi tentang pengertian keluarga, fungsi keluarga, peran Allah dalam kehidupan keluarga, Allah dan keluargaku, melibatkan Tuhan dalam kehidupan keluarga dalam mata pelajaran agama Pengertian KeluargaBanyak defenisi yang berbeda tentang keluarga. Meskipun demikian, terdapat kesamaan dalam rumusan yang berbeda tersebut dan merupakan ciri-ciri pokok, yakniKeluarga merupakan kelompok atau persekutuan sosial yang paling terbentuk apabila ada ikatan darah, perkawinan atau merupakan suatu persekutuan yang berawal dari dua orang yang berbeda jenis masyarakat dapat ditemukan bahwa keluarga terdiri atas dua bentuk, yaitu keluarga batih dan keluarga batih nuclear family, conjugal family, basic family, yaitu kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan besar extended family, consanguine family, yaitu keluarga batih ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat hubungan darah dan senantiasa dipertahankan, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, kemenakan, dan Fungsi KeluargaTahukah kamu bahwa setiap anggota keluarga mempunyai tugas yang harus dilakukan? Apa tugas kamu sebagai seorang anak? Apa tugas orang tuamu?Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga memiliki tugas masing- masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut sebagai fungsi. Adapun fungsi keluarga menurut para sosiolog adalah sebagai biologis yang berkaitan dengan pemenuhan yang bersifat biologi, misalnya makan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara dan merawat anggota keluarga secara sosialisasi yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian afeksi yang berhubungan dengan kasih sayang, keintiman, perhatian dan rasa aman yang tercipta dalam edukatif yang berkaitan dengan mendidik anak dan menyekolahkan religius yang mendorong dikembangkannya anggota keluarga menjadi insan-insan agama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha protektif yang memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan memberikan perlindungan secara fisik, ekonomis maupun rekreatif dengan tujuan untuk mencari hiburan, memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan ekonomis yang berkaitan dengan orang tua yang mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan status sosial yakni kedudukan atau status yang diwariskan kepada anak- fungsi keluarga yang sudah diuraikan di atas, menurut iman Kristen keluarga yang dipaparkan dalam Alkitab adalahSebagai teman sekerja Allah dalam mengelola alam semesta dan segala isinya Kejadian 128. Setiap manusia, termasuk keluarga bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam, misalnya dengan memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan secukupnya, menjaga kebersihan dan keindahan alam, ramah terhadap lingkungan, dan lembaga pendidik utama dan pertama Ulangan 64-9. Yang pertama berarti belum ada lembaga lain yang dapat mendahului peran keluarga dalam pendidikan. Yang utama berarti belum ada lembaga lain yang mengungguli perannya dalam pendidikan. Dengan kata lain, keluarga menjadi lingkungan dasar penerapan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan ajaran wadah kepada semua anggota keluarga dalam mengekspresikan kasih, kesetiaan dan sikap saling menghormati Efesus 522-23; 61-3. Setiap anggota keluarga menciptakan lingkungan dalam keluarga yang harmonis dengan menghayati dan melakukan ajaran-ajaran Kristiani sehingga dapat terpancar dalam lingkungan masyarakat yang lebih Peran Allah dalam Kehidupan KeluargaTuhan adalah Oknum pembentuk sebuah keluarga. Tuhan menciptakan manusia sepasang yakni laki-laki dan perempuan Kejadian 221-25. Manusia diciptakan berbeda tetapi satu kesatuan. Artinya, manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin. Dalam perbedaan itu manusia menjadi satu persekutuan yang luar biasa karena saling membutuhkan, saling mendukung, saling memberikan daya tarik yang luar biasa dalam diri sebagai laki-laki dan perempuan sehingga mempunyai rasa suka yang membuat mereka bertemu dan mengikat diri. Itulah cikal bakal manusia membangun keluarga. Terdapat tiga landasan dalam membangun keluarga Kristen atau pernikahan Kristen menurut firman Allah yang terdapat dalam Kejadian 2 Allah dan KeluargakuAnak mempunyai dua dimensi kehidupan yang sedang dan akan dijalani. Tahukah kamu apa sajakah itu? Di satu sisi, anak yang berkembang menjadi remaja berada dalam posisi sebagai salah satu anggota keluarga. Di sisi yang lain, kelak ia akan membentuk keluarga baru pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kamu perlu disiapkan sejak dini melalui berbagai pengalaman yang diturunkan dalam keluarga kamu bahwa keadaan keluarga pada masa kini di lingkungan tempat kita berada terdapat banyak masalah dan pergumulan yang dihadapi? Angka perceraian yang terus meningkat, banyaknya kasus perselingkuhan, banyaknya anak dan remaja yang terjerumus dalam jebakan narkoba dan minuman keras karena sendi-sendi keluarga kristiani yang hancur, dan dengan hal tersebut, keluarga Kristen pada masa kini perlu menyadari peranannya dengan cara merefleksikan nilai-nilai kehidupan, baik secara biblis maupun teologis sehingga menjadi perpanjangan peranan Allah dalam kehidupan keluarga Kristen secara sebagai pusat pembentukan kehidupan rohani. Dari keluarga kita mempelajari pola-pola hubungan akrab dengan orang lain, nilai-nilai, ide dan perilaku yang juga didukung oleh sekolah, gereja dan kelompok masyarakat lain yang berperan membentuk jati diri dan kehidupan sebagai tempat bernaung kudus. Maksudnya adalah keluarga merupakan tempat penerimaan, pembinaan, pertumbuhan yang memberdayakan anggota-anggota keluarga untuk berperan serta dalam tindakan kasih dan penyelamatan Allah yang terus yang mencerminkan kasih Allah secara holistik baik fisik, mental/ emosional, sosial, spiritual/rohani kepada para sebagai pencerita yang menceritakan karya-karya Allah di dalam keluarga sebagai kabar Melibatkan Tuhan dalam kehidupan KeluargaDalam keluarga Kristen, ada hal yang khas berkaitan dengan peran Tuhan dalam keluarga. Peran Tuhan melingkupi seluruh aspek kehidupan keluarga maupun pribadi yang meliputi kebutuhan keluarga akan berkat Tuhan, pengampunan serta pembaharuan oleh Berkat TuhanPengertian berkat Tuhan cakupannya sangat luas, bukan hanya sekedar uang atau hal material lainnya. Berkat Tuhan juga meliputi kesehatan, sukacita, damai sejahtera, kemenangan, umur panjang, kebahagiaan, dan sebagainya. Berkat Tuhan dibutuhkan keluarga sebagai bagian dari penyertaan Tuhan seperti yang dijanjikan dalam Alkitab kepada orang-orang yang berkenan kepada-Nya, misalnya Abraham yang diberkati Tuhan dalam segala hal Kejadian 241, Obed-Edom beserta keluarganya diberkati Tuhan karena membiarkan tabut Tuhan tinggal dalam rumah mereka 2 Samuel 611. Berkat Tuhan juga akan diterima oleh keluarga Kristen pada masa kini yang tetap setia berpedoman dan berpegang kepada Tuhan, seperti ucapan berkat yang ditulis dalam Bilangan 6 Pengampunan TuhanTak seorangpun yang hidupnya sempurna di dunia ini. Kita berbuat dosa di dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Tahukah kamu, karena dosa-dosa kita itu Tuhan Yesus dihukum sampai mati di atas kayu salib? KematianNya merupakan tanda kasih yang sangat besar kepada umat manusia sebagai Tuhan Yang Maha Pengampun Efesus 17. Seperti Tuhan yang mengampuni, kita sebagai orang Kristen harus bisa mengampuni orang yang bersalah kepada adalah sesuatu yang sangat indah, karena selalu membawa kedamaian, keharmonisan, menumbuhkan persekutuan dan hubungan yang baik dengan sesama, sehingga pengampunan ini menjadi salah satu kekhasan keluarga Kristen yang menjadikan Tuhan sebagai pedoman kehidupan keluarga. Bisa dibayangkan jika dalam kehidupan keluarga Kristen, baik antara orang tua dengan anak, maupun antara anak-anak tidak bisa saling mengampuni dan memaafkan, maka yang tumbuh dalam kehidupan keluarga adalah rasa kepahitan, ketidakharmonisan, kebencian yang sama sekali tidak menunjukkan kehadiran Pembaharuan oleh TuhanPembaharuan oleh Tuhan sering disebut juga dalam kekristenan sebagai hidup baru’. Artinya, manusia memulai kehidupan yang lebih baik dan berarti di dalam Kristus. Kristus masuk dan berdiam dalam kehidupan manusia yang baru, yang tidak sama dengan kehidupannya yang lama. Pembaharuan oleh Tuhan dalam keluarga kita akan dirasakan dalam arah dan tujuan kehidupan keluarga yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh keluarga bukan hanya kepada kehidupan keluarga sendiri, tetapi berpusat hanya kepada Kristus. Seperti dalam Efesus 417-20, kehidupan yang diperbaharui oleh Tuhan bukan lagi kehidupan dengan pikiran yang sia-sia, hidup dalam persekutuan yang jauh dari Allah, hidup dalam kedegilan hati, melainkan kehidupan yang mengerti siapa Allah dan apa yang menjadi kehendakNya dalam hidup keluarga karena itu, dalam kerendahan hati datanglah kepada Tuhan bersama dengan keluarga kamu, mohon Tuhan berkenan hadir dan membaharui kehidupan pribadi dan keluarga setiap hari. Dengan demikian, Tuhan yang menjadi pedoman kehidupan keluarga akan memberi sukacita dan damai sejahtera, sehingga keluarga kamu menjadi berkat dan kesaksian bagi sesama kita.
Halini adalah suatu kehormatan untuk setiap istri yang melakukan kehendak Allah untuk tunduk kepada suami. Dalam ayat yang ke-31, dipertegas bahwa ini semua adalah kehendak Allah sejak awal. Dan untuk para suami, disebutkan tanggungjawabnya dari ayat yang ke-25 sampai ayat ke-30, suami harus mengasihi istri mereka.
Oleh Najmah Saiidah ]لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرً KELUARGA – Sungguh melalui QS Al-Ahzab ayat 21 ini, Allah SWT menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah Saw. adalah contoh terbaik bagi kita. Beliau adalah orang mulia yang dipilih Allah SWT sebagai teladan bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan. Mencintai Rasulullah Saw. adalah meneladani dan melaksanakan semua syariat yang dibawa beliau tanpa kecuali. Dalam urusan rumah tangga pun tidak boleh luput. Keluarga muslim harus menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan terbaik dalam hidup berkeluarga. Bagaimana beliau memperlakukan istrinya, anak-anaknya, mendidik istri dan anak-anaknya, dan berinteraksi dengan semua anggota keluarganya merupakan hal yang harus kita contoh. Sebagai bukti cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah Saw. merupakan pribadi yang penyayang, dikenal sebagai sosok pelindung dan amat mencintai keluarganya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, Rasulullah Saw. bersabda, “Khayrukum, khayrukum li-ahlihi wa ana khayrukum li-ahlikum,”. Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluarga. Hadis ini menegaskan bagaimana perlakuan dan perhatian beliau terhadap keluarga sangatlah besar. Penuh cinta kasih, akhlak terpuji, hingga kebijaksanaan yang menaungi keluarga. Pernikahan Rasulullah, Saling Memberikan Ketenangan dan Ketenteraman Pada dasarnya, kehidupan pernikahan adalah kehidupan memberi ketenangan, sehingga terjalin persahabatan yang penuh kebahagiaan dan ketenteraman antara pasangan suami dan istri. Inilah yang terjadi dalam rumah tangga Rasulullah Saw. Hal ini tergambar dalam hadis Rasulullah Saw. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku akan berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Aku suka jika ia menyampaikan secara bersih segala apa yang merupakan hakku atasnya sebagaimana aku menyampaikan secara bersih apa-apa yang menjadi haknya atasku.” Karenanya Allah berfirman, “Dan para wanita memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.” Dari Ibnu Abbas, “Hak istri adalah persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami terhadapnya setimbang dengan kewajibannya berupa ketaatan kepada suaminya.” Bergaul secara Makruf dengan Seluruh Anggota Keluarga Allah memerintahkan agar suami bergaul dengan istrinya dengan cara yang makruf, sebagaimana layaknya seorang sahabat secara sempurna. Memberikan hak-haknya, nafkah dan mahar baginya, tidak bermuka masam di hadapan istrinya dan sebaliknya, dan tidak menampakkan kecenderungan kepada wanita lain. Firman Allah, “ … Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” QS An-Nisaa’ 19. Rasulullah Saw. teladan terbaik, bergaul dengan makruf kepada keluarganya. Dari Muawiyah al-Qusyairi, Nabi pernah ditanya, “Apakah hak seorang wanita atas suaminya?” Rasulullah menjawab, “Engkau memberinya makan jika engkau makan, dan engkau memberi pakaian jika engkau berpakaian. Janganlah memukulnya pada wajah, jangan mencaci maki dan jangan menjauhinya, melainkan dalam rumah.” HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah. Rasulullah Saw. adalah sosok penyayang terhadap keluarganya dan ramah kepada anak-anak. Anas bin Malik berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih sayang kepada keluarga, selain Rasulullah.” Keakraban beliau kepada keluarga diabadikan dalam hadis. Pernah Rasulullah mencium cucunya, Hasan bin Ali. Kejadian itu disaksikan al-Aqra bin Habis, ia pun berkomentar, “Aku memiliki sepuluh orang anak, tapi tak ada satu pun yang biasa kucium.” Rasulullah Saw. menoleh ke arahnya dan menjawab, “Siapa yang tak sayang, maka tak disayang.” HR Bukhari dan Muslim Mendidik dan Membimbing para Istrinya untuk Tetap Berjalan Sesuai Syariat Rasulullah Saw. adalah sahabat bagi istri-istrinya. Bukan pemimpin otoriter terhadap istri-istrinya, sekalipun ia seorang kepala negara, bahkan seorang Nabi. Dari Abdullah bin Abbas, bahwa Umar bin Khaththab menceritakan, “Demi Allah sesungguhnya keadaan kami ketika masa jahiliah, kami tidak pernah menyerahkan satu urusan pun kepada wanita, sampai Allah menurunkan ayat-ayat tentang mereka dan hak mereka. Saat itu saya sedang melakukan pekerjaan, kemudian tiba-tiba istriku berkata begini dan begitu’, maka aku berkata kepadanya, Apa hakmu, mengapa engkau berkata seperti ini?’ Lalu ia berkata, Sungguh aneh engkau, ya ibnu Khaththab, apa yang engkau inginkan tidak bisa dibantah, bagaimana jika seandainya engkau diperlakukan istri sebagaimana Rasulullah sampai semalaman beliau marah?’ Lalu Umar mengonfirmasi kepada Hafshah, Hai Hafshah pernahkah engkau berdebat dengan Rasulullah, sehingga ia marah semalaman?” Lalu Hafshah membenarkan. Umar berkata, Wahai anakku, ketahuilah, aku peringatkan kalian tentang siksa Allah dan akibat kemurkaan Rasulullah terhadap kalian!’ Kemudian Umar menuju rumah Ummu Salamah, menanyakan hal yang sama. Dengan sinis Ummu Salamah berkata kepadanya, Bukan main tuan ini, berani-beraninya turut campur terhadap urusan rumah tangga orang lain, sampai-sampai persoalan Rasulullah dengan istri-istrinya.’ Mendengar ucapan Ummu Salamah ini, Bukan main malunya Umar, hingga tidak bisa berkata apa pun. Lalu bergegas meninggalkannya.” HR Muslim. Dalam riwayat lain dari Ibnu Sa’ad. Ummu Salamah berkata, “Camkanlah, kalau ada yang kami katakan kepada Rasulullah itu tidak benar, maka beliaulah yang lebih berhak menanggapinya, dan kalau beliau melarang kami, maka beliaulah yang lebih berhak kami taati daripada Anda.” Dari peristiwa ini bisa diambil pelajaran, bagaimana Rasulullah memberikan ta’dib pendidikan kepada para istrinya. Beliau tidak melarang istrinya mendebatnya, tapi mendiskusikannya dengan baik selama mereka tidak membangkang. Berdiskusi dan Meminta Pendapat Istrinya Semasa hidupnya, Rasulullah biasa berbincang dengan para istri beliau. Bahkan terkadang beliau membahas berbagai persoalan penting dengan mereka. Sesungguhnya Rasulullah hendak memberi pelajaran kepada umat Islam tentang posisi penting yang dimiliki kaum wanita. Ada sebuah peristiwa besar yang selalu kita ingat, yaitu Perjanjian Hudaibiyah. Perintah Allah yang berasal dari wahyu, yang tidak dapat dimungkiri terasa berat bagi Rasulullah dan juga sebagai hantaman bagi para Sahabat, sehingga mereka tidak bersegera menyambut perintah Rasulullah Saw. Ketika melihat para Sahabat enggan memenuhi perintahnya, Rasulullah pun masuk ke dalam tenda beliau dan meminta saran kepada Ummul Mukminîn, Ummu Salamah ra. Beliau menyampaikan pendapatnya dengan penuh hormat, “Wahai Nabiyullah Sebaiknya engkau keluar dan jangan bicara pada siapa pun, tetapi langsung sembelih saja hewan kurbanmu. Setelah itu panggillah orang yang biasa mencukur rambut dan bercukur.” Maka Rasulullah pun melakukannya, tidak lama kemudian para Sahabat yang melihatnya langsung bangkit untuk menyembelih kurban dan kemudian saling bercukur. Akhirnya para Sahabat menyadari ini merupakan wahyu dari Allah SWT. Bersikap Lembut dan Bersenda Gurau dengan Anggota Keluarganya Rasul menyapa istrinya dengan sapaan hangat dan baik. Rasul menyapa Khadijah dengan sebutan “ya habibi” Wahai kekasihku. Begitu juga dengan Aisyah yang disapa dengan “ya humaira'” Wahai wanita yang pipinya kemerahan. Rasulullah berpesan kepada para suami agar tetap bersabar menghadapi sikap para wanita yang kurang disukai. “Janganlah marah laki-laki muslim/suami kepada seorang wanita muslimah istri. Jika tidak menyukai perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya.” Banyak pula periwayatan yang menggambarkan Rasulullah bergaul dengan sangat baik kepada keluarganya, bersenda gurau, dan lemah lembut terhadap mereka. Rasulullah sering kali bercakap-cakap sebentar dengan keluarganya selepas salat Isya, sebelum beliau tidur dengan percakapan yang menyenangkan. Mengajak para Istrinya Berperang Seperti biasanya, sebelum berangkat perang, Rasulullah mengundi istrinya yang akan menyertainya berperang. Aisyah ra. berkata, “Apabila Rasulullah Saw. hendak bepergian, beliau mengundi istri-istrinya, dan siapa pun yang keluar bagiannya, maka beliau keluar bersamanya. Pernah dalam suatu peperangan, beliau mengundi di antara kami, dan yang keluar adalah bagianku. Maka aku pun keluar bersama Rasulullah Saw.” Mutaffaq Alaih Semasa itu, kepergian Rasulullah biasanya adalah untuk urusan perang atau pembebasan suatu wilayah yang telah ditaklukkan. Setelah diangkat menjadi Rasul, beliau hanya sedikit sekali bepergian untuk urusan perdagangan. Khatimah Demikian sekelumit kehidupan pernikahan Rasulullah Saw., sebuah kehidupan pernikahan yang penuh dengan kecintaan dan kasih sayang, saling memberikan ketenangan dan ketenteraman yang satu dengan yang lainnya. Rasulullah sebagai suami tidak bertindak otoriter terhadap istri-istrinya, tetapi mempergaulinya dengan makruf. Demikian pula terhadap seluruh anggota keluarganya. Ini semua menjadi teladan bagi kita semua, semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk selalu berupaya dan mampu meneladani Rasulullah Saw. dalam segala hal, termasuk dalam kehidupan berumah tangga, sebagai bukti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Aamiin. Wallahu a’lam bishshawwab. [MNews/Juan-Gz] Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments! PentingnyaPendidikan Aqidah Dalam Keluarga. Luqmanul Hakim adalah sosok manusia biasa diberi hikmah oleh Allah sehingga mempunyai derajad kenabian. Namanya diabadikan didalam Alquran, beliau mempunyai prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran terhadap keluarga. Apa pelajaran pertama yang disampaikan kepada anak-anaknya, beliau
Tanggung Jawab Orang Tua Tanggung jawab apa yang suami dan istri tanggung bersama dalam membesarkan anak-anak mereka? Setiap orang memiliki kedudukan yang penting dalam keluarganya. Melalui para nabi Tuhan telah menjelaskan bagaimana hendaknya perilaku dan perasaan para ayah, ibu, dan anak terhadap satu sama lain. Sebagai suami, istri, dan anak, kita perlu mempelajari apa yang Tuhan harapkan untuk kita lakukan untuk memenuhi tujuan kita sebagai sebuah keluarga. Jika kita semua melakukan bagian kita, kita akan dipersatukan secara kekal. Dalam tanggung jawab kudus peran sebagai orang tua, “para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49. Mereka hendaknya bekerja bersama untuk memenuhi kebutuhan rohani, emosi, intelektual, dan jasmani keluarga. Beberapa tanggung jawab haruslah dipikul bersama oleh suami dan istri. Orang tua hendaknya mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka. Tuhan memperingatkan bahwa jika orang tua tidak mengajari anak-anak mereka tentang iman, pertobatan, pembaptisan, dan karunia Roh Kudus, dosa akan dipikulkan ke atas kepala orang tua. Orang tua hendaknya juga mengajari anak-anak mereka untuk berdoa dan untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan lihat A&P 6825, 28. Salah satu cara terbaik orang tua dapat mengajari anak-anak mereka adalah melalui teladan. Suami dan istri hendaknya memperlihatkan kasih dan rasa hormat terhadap satu sama lain dan terhadap anak-anak mereka melalui baik tindakan maupun perkataan. Adalah penting untuk mengingat bahwa setiap anggota keluarga adalah anak Allah. Orang tua hendaknya memperlakukan anak-anak mereka dengan kasih dan hormat, bersikap tegas namun baik hati terhadap mereka. Orang tua hendaknya memahami bahwa kadang-kadang anak-anak akan membuat pilihan yang salah bahkan setelah mereka diajari kebenaran. Ketika hal ini terjadi, orang tua hendaknya tidak menyerah. Mereka hendaknya terus mengajari anak-anak mereka, menyatakan kasih bagi mereka, menjadi teladan yang baik bagi mereka, serta berpuasa dan berdoa bagi mereka. Kitab Mormon memberi tahu kita bagaimana doa-doa seorang ayah menolong putranya, yang pemberontak, kembali ke jalan Tuhan. Alma yang Muda telah menjauh dari ajaran-ajaran ayahnya yang saleh, Alma, dan berusaha untuk menghancurkan Gereja. Sang ayah berdoa dengan iman bagi putranya. Alma yang Muda dikunjungi oleh seorang malaikat dan bertobat dari jalan hidupnya yang sesat. Dia menjadi seorang pemimpin Gereja yang hebat lihat Mosia 278–32. Orang tua dapat menyediakan suasana kekhidmatan dan rasa hormat dalam rumah jika mereka mengajari dan membimbing anak-anak mereka dalam kasih. Orang tua hendaknya juga menyediakan pengalaman-pengalaman yang bahagia bagi anak-anak mereka. Bagaimana para suami dan istri dapat saling mendukung dalam peranan mereka? Ke mana para orang tua tunggal dapat berpaling meminta bantuan? Tanggung Jawab Ayah Apa teladan positif yang telah Anda lihat dari para ayah yang membesarkan anak-anak mereka? “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya” Liahona, Oktober 2004, 49. Seorang ayah yang layak yang adalah anggota Gereja memiliki kesempatan untuk memegang imamat, yang menjadikannya pemimpin keimamatan keluarganya. Dia hendaknya membimbing keluarganya dalam kerendahan hati dan kebaikan alih-alih dengan paksaan atau kekejaman. Tulisan suci mengajarkan bahwa mereka yang memegang imamat hendaknya memimpin orang lain melalui bujukan, kelembutan, kasih, dan kebaikan hati lihat A&P 12141–44; Efesus 64. Ayah berbagi berkat-berkat keimamatan dengan anggota keluarganya. Ketika seorang pria memegang Imamat Melkisedek, dia dapat berbagi berkat-berkat ini dengan melayani yang sakit dan memberikan berkat-berkat imamat yang khusus. Di bawah arahan seorang pemimpin imamat ketua, dia dapat memberkati bayi, membaptis, menetapkan, serta melaksanakan tata cara keimamatan. Dia hendaknya memberikan teladan yang baik bagi keluarganya dengan menaati perintah-perintah. Dia hendaknya juga memastikan keluarga berdoa bersama dua kali sehari dan mengadakan malam keluarga. Ayah hendaknya meluangkan waktu dengan setiap anak secara individu. Dia hendaknya mengajari anak-anaknya asas-asas yang benar, berbicara dengan mereka mengenai masalah dan keprihatinan mereka, serta menasihati mereka dengan penuh kasih. Beberapa teladan yang baik ditemukan dalam Kitab Mormon lihat 2 Nefi 114–325; Alma 36–42. Adalah juga tugas ayah untuk menyediakan kebutuhan jasmani keluarganya, dengan memastikan mereka memiliki makanan, tempat tinggal, pakaian, dan pendidikan yang dibutuhkan. Bahkan jika dia sendiri tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu, dia tidak boleh mengalihkan tanggung jawab atas pemeliharaan keluarganya. Tanggung Jawab Ibu Apa teladan positif yang telah Anda lihat dari para ibu yang membesarkan anak-anak mereka? Presiden David O. McKay mengatakan bahwa peran sebagai ibu adalah pemanggilan yang paling mulia lihat Ajaran-Ajaran Presiden Gereja David O. McKay [2003], 186. Itu merupakan sebuah pemanggilan sakral, suatu kerekanan dengan Allah dalam mendatangkan anak-anak roh-Nya ke dalam dunia. Melahirkan anak-anak merupakan salah satu yang terbesar dari semua berkat. Jika tidak ada seorang ayah di rumah, ibulah yang memimpin keluarga tersebut. Presiden Boyd K. Packer memuji para wanita yang tidak dapat memiliki anak-anak mereka sendiri namun berusaha untuk merawat orang lain. Dia mengatakan “Ketika saya berbicara tentang para ibu, saya berbicara bukan hanya tentang para wanita yang telah melahirkan anak-anak, namun juga tentang mereka yang telah mengasuh anak-anak yang dilahirkan orang lain, dan tentang banyak wanita yang, tanpa memiliki anak mereka sendiri, telah menjadi ibu bagi anak-anak orang lain” Mothers [1977], 8. Para nabi zaman akhir telah mengajarkan, “Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka” Liahona, Oktober 2004, 49. Seorang ibu perlu meluangkan waktu bersama anak-anaknya dan mengajari mereka Injil. Dia hendaknya bermain dan bekerja bersama mereka agar mereka dapat menyingkapkan dunia di sekitar mereka. Dia juga perlu membantu keluarganya tahu bagaimana menjadikan rumah sebuah tempat yang menyenangkan. Jika dia hangat dan penuh kasih, dia menolong anak-anaknya merasa baik mengenai diri mereka sendiri. Kitab Mormon menjabarkan tentang sebuah kelompok yang terdiri dari remaja putra yang bangkit menjadi hebat karena ajaran ibu mereka lihat Alma 5316–23. Dipimpin oleh Nabi Helaman, mereka pergi berperang melawan musuh mereka. Mereka telah belajar untuk menjadi jujur, berani, dan dapat dipercaya dari ibu mereka. Ibu mereka juga mengajarkan kepada mereka bahwa jika mereka tidak ragu, Allah akan membebaskan mereka lihat Alma 5647. Mereka semua selamat dalam peperangan. Mereka mengungkapkan iman pada ajaran-ajaran ibu mereka, dengan mengatakan, “Kita tidak meragu-ragukan, dan ibu kita mengetahuinya” Alma 5648. Setiap ibu yang memiliki kesaksian dapat memiliki dampak yang besar terhadap anak-anaknya. Tanggung Jawab Anak-Anak Bagaimana anak-anak menolong orang tua mereka membangun sebuah rumah tangga yang bahagia? Anak-anak berbagi dengan orang tua mereka tanggung jawab dalam membangun sebuah rumah tangga yang bahagia. Mereka hendaknya mematuhi perintah-perintah dan bekerja sama dengan anggota keluarga lainnya. Tuhan tidak senang ketika anak-anak bertengkar lihat Mosia 414. Tuhan telah memerintahkan anak-anak untuk menghormati orang tua mereka. Dia berfirman, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu” Keluaran 2012. Menghormati orang tua artinya mengasihi dan menghargai mereka. Itu juga berarti mematuhi mereka. Tulisan suci memberi tahu anak-anak untuk “[menaati] orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian” Efesus 61. Presiden Spencer W. Kimball mengatakan bahwa anak-anak hendaknya belajar untuk bekerja dan berbagi tanggung jawab di rumah dan di kebun. Mereka hendaknya diberi tugas untuk menjaga rumah rapi dan bersih lihat Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Spencer W. Kimball [2006], 146. Apa yang hendaknya anak-anak lakukan untuk menghormati dan menghargai orang tua mereka? Apa yang orang tua Anda lakukan yang menuntun Anda untuk menghormati dan menghargai mereka? Menerima Tanggung Jawab Mendatangkan Berkat Apa yang dapat setiap anggota keluarga lakukan untuk menjadikan rumah sebuah tempat yang bahagia? Sebuah keluarga yang penuh kasih dan bahagia tidak terjadi secara kebetulan. Setiap orang dalam keluarga itu haruslah melakukan bagiannya. Tuhan telah memberi tanggung jawab baik kepada orang tua maupun anak-anak. Tulisan suci mengajarkan bahwa kita harus bijaksana, gembira, dan bertimbang rasa terhadap orang lain. Ketika kita berbicara, berdoa, menyanyi, atau bekerja bersama, kita dapat menikmati berkat-berkat keharmonisan dalam keluarga kita lihat Kolose 3. Apa beberapa tradisi dan praktik yang dapat menjadikan rumah sebuah tempat yang bahagia? Tulisan Suci Tambahan dan Sumber Lainnya Amsal 226 didiklah anak Efesus 61–3 anak-anak harus mematuhi orang tua A&P 6825–28; Efesus 64 tanggung jawab orang tua “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” tersedia di dan di banyak terbitan Gereja, termasuk Liahona, Oktober 2004, hlm. 49; Untuk Kekuatan Remaja [nomor bahan 36550 299], hlm. 44; dan Teguh pada Iman [nomor bahan 36863 299], hlm. 76–77 Buku Penuntun Keluarga nomor bahan 31180 299
PENDAHULUAN 1. KATA PENGANTAR. Sebagaimana yang kita ketahui, dalam Kejadian 2 : 18 , Tuhan Allah berfirman : “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” Dari nats tersebut dapat kita ketahui bahwa terbentuknya keluarga Kristen merupakan inisiatif Allah itu sendiri. Renungan Harian, Sabtu 13 Juni 2020 “Dengarlah, hai orang Israel TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Aliahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Ulangan 64-5. Saat ini, keluarga harus berjuang untuk membangun kasih didalam-Nya. Iblis sangat berusaha untuk menghancurkan keluarga, karena keluarga adalah sokoguru/sendi pembangun yang penting, ketika sebuah keluarga hancur maka semua orang didalamnya akan terdampak dan lingkungan disekitarnyapun akan terdampak. Perpecahan bukanlah hal yang dikehendaki Allah bagi keluarga. Allah memiliki sebuah rencana bagi keluarga sama seperti Ia memiliki rencana penebusan dan rencana kehidupan bagi setiap orang. Mari kita menemukan sejumlah aspek dalam rencana Allah bagi keluarga. Ulangan 6 adalah satu bacaan yang menyingkapkan rencana Allah bagi keluarga kita. I. Sebagai tempat kekuatan rohani. Allah menetapkan keluarga sebagai tempat untuk kekuatan rohani. Ulangan 64-5 menyampaikan bahwa kita harus membawa keluarga kita mengasihi Allah dan memiliki hubungan rohani dengan-Nya. Allah mengasihi kita, dan kita membalas kasih-Nya kepada kita dengan ketaatan. Keluarga sesungguhnya adalah tempat yang paling awal, tetapi banyak orang melupakan, menolak, dan mengabaikan Allah di dalam hidup dan rumah tangga mereka. Ketika ada kasih Tuhan didalam Keluarga maka, orang-orang didalamnya akan menjadi pribadi yang kuat dimanapun dia berada, dalam masyarakat dan lingkunyan disekitarnya. Karena itulah setiap anggota dalam keluarga harus menyadari tentang pentingnya membangun kekuatan dalam keluarga. 2. Sebagai tempat untuk kebenaran ilahi. Semua perintah, undang-undang, dan penghakiman dari Tuhan perlu diperhatikan dan diajarkan kepada setiap generasi. Ayat 6 berbicara mengenai “perintah” yang begitu penting, dan ayat 7 menyatakan bahwa kita harus “mengajarkan” perintah-perintah tersebut kepada anak-anak kita. Allah bukan hanya harus kita kasihi dan sembah, tetapi kata-kata, perintah, dan iman kepada-Nya harus diajarkan di dalam rumah kita. Iman kepada Allah yang hidup di dalam kehidupan keluarga dan bangsa kita sedang dipertaruhkan. Kata “mengajarkan” berarti mengasah, menajamkan. Seperti sese¬orang yang menajamkan pisaunya supaya lebih efektif, maka pengajaran akan menajamkan pikiran, hati, dan karakter anak-anak kita dengan kebenaran ilahi. Para orangtua, harus menerima tanggung jawab ini! Ini tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Ini sepenuhnya disandarkan di bahu orangtua. Pengajaran tentang keyakinan adalah salah satu di antaranya.” Mengajarkan Firman Allah secara konsisten dan dalam keteladanan merupakan tanggung jawab Orang Tua supaya kerohanian anak-anak terpelihara. 3. Sebagai tempat untuk karakter Kristiani. Allah merancang keluarga sebagai tempat untuk mengembangkan karakter Kristiani, sebagaimana terdapat di dalam Efesus Didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” Pengembangan karakter menuntut pelatihan, dan keluarga menyediakannya sejak masa bayi hingga dewasa. Pengembangan karakter menuntut disiplin. Seorang anak tidak akan memiliki panduan arah apabila disiplin tidak dipraktikkan. Di sinilah rasa hormat terhadap otoritas dipelajari; dan di sinilah kita belajar menerima dan memahami satu sama lain serta hidup bersama orang lain. Firman Allah jelas berbicara mengenai perlunya mempraktikkan disiplin. Anak-anak membutuhkan rasa aman yang ditimbulkan oleh disiplin Amsal 1324 berkata, “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”Amsal 2915 berkata, “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.”Ayat 17 berbunyi, Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” Jika kita menanggapi Firman Allah ketika Ia memanggil dan memimpin keluarga kita dalam terang kasih dan Firman-Nya, kita akan mengalami sukacita rencana Allah. Allah memiliki rencana bagi keluarga Anda jika Anda mengizinkan Ia membantu Anda menemukannya. PA_221 Post Views 298
Artinya Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
The role of the family in the educational process, is an inevitable necessity, this is because the important role of the family as the environment of origin, and also the first environment for humans. This shows, the existence of the family is very important, in supporting the achievement of educational goals. Facts and reality in the field show that, the role of the family today, has not shown its maximum effort as the main educational institution, so that there is a practice of violence in the family, both against wife and child, which is certainly very contradictory basic principles in the process of education. The presence of this article, intended to explore the important role of the family, in the educational process based on the perspective of the Qur'an and Hadith. This exploration is intended to gain a fundamental essence in the process of family education, so as to provide a new perspective on the perceiving of the family as an important part of the humanizing process. Abstrak Peran keluarga dalam proses pendidikan, adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan, hal ini sebabkan peran penting keluarga sebagai lingkungan asal, dan sekaligus lingkungan pertama bagi manusia. Hal ini menunjukkan, eksistensi keluarga yang sangat penting artinya, dalam menunjang ketercapain tujuan pendidikan. Berbagai fakta dan realitas dilapangan menunjukkan bahwa, peran keluarga dewasa ini, belum menampilkan usaha maksimalnya sebagai lembaga pendidikan utama, sehingga terjadilah praktik kekerasan dalam keluarga, baik terhadap istri maupun anak, yang tentunya sangat bertentangan prinsip-prinsip dasar dalam proses pendidikan. Hadirnya artikel ini, dimaksudkan untuk mengekslorasi peran penting keluarga, dalam proses pendidikan berdasarkan sudut pandang Al-Qur’an dan Hadis. Pengeksplorasian ini, dimaksudkan untuk mendapatkan esensi mendasar dalam proses pendidikan keluarga, sehingga dapat memberikan sudut pandang baru dalam mempresepsikan keluarga, sebagai bagian penting dari proses pemanusian manusia humanisasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 52 KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN DAN HADIS Syahrial Labaso’ Program Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakrata e-mail DOI Abstract The role of the family in the educational process, is an inevitable necessity, this is because the important role of the family as the environment of origin, and also the first environment for humans. This shows, the existence of the family is very important, in supporting the achievement of educational goals. Facts and reality in the field show that, the role of the family today, has not shown its maximum effort as the main educational institution, so that there is a practice of violence in the family, both against wife and child, which is certainly very contradictory basic principles in the process of education. The presence of this article, intended to explore the important role of the family, in the educational process based on the perspective of the Qur'an and Hadith. This exploration is intended to gain a fundamental essence in the process of family education, so as to provide a new perspective on the perceiving of the family as an important part of the humanizing process. KeywordsEducation, Family, Qur'an, and Hadith. Abstrak Peran keluarga dalam proses pendidikan, adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan, hal ini sebabkan peran penting keluarga sebagai lingkungan asal, dan sekaligus lingkungan pertama bagi manusia. Hal ini menunjukkan, eksistensi keluarga yang sangat penting artinya, dalam menunjang ketercapain tujuan pendidikan. Berbagai fakta dan realitas dilapangan menunjukkan bahwa, peran keluarga dewasa ini, belum menampilkan usaha maksimalnya sebagai lembaga pendidikan utama, sehingga terjadilah praktik kekerasan dalam keluarga, baik terhadap istri maupun anak, yang tentunya sangat bertentangan prinsip-prinsip dasar dalam proses pendidikan. Hadirnya artikel ini, dimaksudkan untuk mengekslorasi peran penting keluarga, dalam proses pendidikan berdasarkan sudut pandang Al-Qur’an dan Hadis. Pengeksplorasian ini,dimaksudkan untuk mendapatkan esensi mendasar dalam proses pendidikan keluarga, sehingga dapat memberikan sudut pandang baru dalam mempresepsikan keluarga, sebagai bagian penting dari proses pemanusian manusia humanisasi. Kata Kunci Pendidikan, Keluarga, Al-Qur’an, Hadis. Pendahuluan Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sebab melalui pendidikanlah, manusia dapat belajar untuk mengenali potensi dirinya, dan kemudian memanfaatkannya. sehingga dengannya, akan menghasilkan Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 53 kemaslahatan baik bagi dirinya sendiri, maupun secara luas bagi lingkungan yang ada disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa, proses pendidikan membutuhkan perhatian yang serius dari semua pihak dan kalangan, karena output dari proses pendidikan akan turut mempengaruhi lingkungan, baik dalam skala mikro sosial keluarga, maupun dalam skala makro sosial lingkungan/masyarakat.Sehingga dari hal tersebut, terlihat dengan jelas bahwa dalam proses penyelengaraan pendidikan, meniscayakan perlunya keterpaduan yang holistik dan sekaligus simultan, dari berbagai pihak dalam mengawal jalannya proses pendidikan, sehingga dapat mewujudkan harapan dan tujuan dari proses pendidikan yang dimaksud. Secara teoritis proses penyelengaraan pendidikan dibangun diatas tiga pilar utama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/pemerintah. Dari ketiga hal tersebut, keluarga dipandang sebagai pilar pendidikan yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan anak itu sendiri. Hal ini disebabkan peran masyarakat dan sekolah/pemerintah, hanya sebagai lembaga pendidikan lanjutan, untuk memperkuat lembaga pendidikan utama, sementara lembaga pendidikan utama dalam hal ini, ialah keluarga itu sendiri Yohana, 20172. Keberadaan keluarga sebagai lembaga sosial pertama yang terbentuk dalam pranata kehidupan manusia, dipandang sangat memberikan pengaruh dalam mendesain kepribadian manusia sebagai individu, dan sekaligus makhluk sosial yang baik dilingkungannya. Keluarga sebagai lembaga pendidikan utama, tentunya diharapkan dapat menjadi motor pengerak dalam proses pendidikan. Hal ini berarti, oreantasi utama dalam keluaraga, seyognya mencerminkan nilai-nilai pendidikan, sehingga seluruh rutinitas dalam keluarga tersebut, akan berdampak pada proses pemanusian manusia Humanisasi, sebagai tujuan utama dalam proses pendidikan. Namun beberapa fakta yang dihimpun oleh penulis, menyatakan hal yang sebaliknya. Hal ini misalnya, dapat dilihat dari laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI yang diterbitkan pada tanggal 20 Maret 2017 tentang kenakalan Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 54 remaja yang semakin meningkat, sementara dilain pihak laporan Badan Pusat Statistik BPS, menyatakan satu dari tiga perempuan usia 15–64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual selama hidupnya, dan terakhir laporan CNN Indonesia tanggal 21 Desember 2016 yang menyatakan bahwa 25,86 persen kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia berupa pemukulan yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Sajian fakta ini memperlihatkan bahwa keluarga belum dapat memainkan peran pentingnya sebagai lembaga pendidikan awal, yang diharapkan dapat membentuk watak dan kepribadian manusia seutuhnya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan peninjauan kembali mengenai konteks pendidikan keluarga, yang dilihat dari perspektif Al-Qur’an dan Hadis, sebagai solusi yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Posisi Al-Qur’an dan Hadis sebagai wahyu diyakini dapat memberikan sudut pandang baru, yang komprehensif dalam memaknai Pendidikan keluarga sebagai suatu fenomena sosial. Pendidikan keluarga dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadis, tidak hanya memahami keluarga secara konservatif, namun berupaya melakukan reinterpretasi yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, berdasarkan prinsip-prinsip kehidupan secara universal. Sehingga dengannya, keluarga diyakini dapat tampil sebagai lembaga pendidikan digarda terdepan, dalam membangun kualitas sumber daya manusia yang handal dan kompetitif. Konsep Dasar Pendidikan Keluarga Kehadiran keluarga dalam diskursus pendidikan, merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari, hal ini berangkat dari adanya kesadaran mendasar, bahwa keluarga merupakan kelompok sosial pertama bagi manusia. Dalam keluargalah untuk pertama kalinya, manusia belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya, dalam keluarga pula manusia berupaya mengenal dirinya, dan kemudian berusaha mengkonstruksi kehidupannya. Keluarga menjadi referensi awal bagi manusia secara umum, untuk membentuk paradigma kehidupannya. Hal ini merupakan proses yang secara alamiah lahir Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 55 sebagai suatu kesatuan utuh dalam dimensi kehidupan manusia. Oleh karena proses sosial yang sedemikian penting tercipta untuk pertama kalinya dalam lingkaran keluarga, maka hal inilah yang menjadi dasar mengapa proses pembentukan kepribadian manusia berawal dari pendidikan keluarga. Berbagai sudut pandang yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pendidikan keluarga. Misalnya pandangan Mansurmendefinisikan pendidikan keluarga merupakan proses pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh kembang anak sebagai fondasi pendidikan selanjutnya. Selain itu, Abdullah juga mendefinisikan pendidikan keluarga adalah segala usaha yang dilakukan oleh orang tua berupa pembiasaan dan improvisasi, untuk membantu perkembangan pribadi anak. Pendapat lain yang dikemukakan oleh an-Nahlawi dan Hasan Langgulung,yang memberikan batasan terhadap pengertian pendidikan keluarga, sebagai usaha yang dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai orang yang diberi tanggung jawab untuk memberikan nilai-nilai, akhlak, keteladanan dan kefitrahan Jailani, 2014248. Dari defenisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga merupakan hal primer yang erat kaitannya dengan awal pembentukan jati diri manusia. Peran penting pendidikan keluarga dalam membentuk karakter anak juga diuraikan oleh Ki Hajar Dewantara,yang menyatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang anak adalah alam pendidikan permulaan. Untuk pertama kalinya, orang tua ayah maupun ibu berkedudukan sebagai penuntun guru, sebagai pengajar, sebagai pendidik, pembimbing dan sebagai pendidik yang utama diperoleh anak. Berbagai pendapat para ahli di atas, menunjukkan konsep pendidikan keluarga, Tidak hanya sekedar tindakan proses, akan tetapi ia hadir dalam praktek dan implementasi, yang dilaksanakan oleh orang tua ayah-ibu melalui penanaman nilai-nilai pendidikan dalam keluarga. Adapun secara konstitusional, urgensi pembangunan keluarga telah diuraikan dalamUndang-Undang Nomor 52 Tahun 2009,tentang perkembangan kependudukan dan Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 56 pembangunan keluarga Bab II, Pasal 4 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik, dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.” Landasan konstitusional diatas, menegaskan pandangan bangsa Indonesia bahwa peran penting keluarga menjadi sangat vital dalam pembangunan sumber daya manusia, tidak hanya dalam lingkup domestik, namun juga diharapkan dapat menjadi penyanggah stabilitas sosial dalam arti yang lebih luas, yakni mewujudkan kesejahteraan dan kebahagian lahir dan batin. Hal ini sejalan dengan konvensi United Nation tahun 1993, yang menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi pengukuhan ikatan suami istri, prokreasi dan hubungan seksual, sosialisasi dan pendidikan anak, pemberian nama dan status, perawatan dasar anak, perlindungan anggota keluarga, rekreasi dan perawatan emosi, serta pertukaran barang dan jasa Puspitawati, 20132. Eksistensi keluarga dalam pranata sosial, juga dipahami sebagai sebuah proses pembelajaran. Mengingat manusia adalah makhluk sosial, dan keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang menyangkut hubungan antara pribadi dan hubungan antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya Puspitawati, 20134. Secara ideal komunikasi dan pola interaksi yang terjadi dalam internal keluarga menjadikan setiap individu dalam keluarga tersebut menyadari tugas dan tangungjawabnya masing-masing, kesadaran akan tugas dan tanggungjawab tersebut, yang akan melahirkan kedewasaan berpikir dan bertindak, sehingga pada gilirannya nanti, akan melahirkan individu yang memiliki integritas, dan kapabiltas yang handal di masyarakat. Pada titik inilah keluarga memiliki ruang yang sangat luas untuk memainkan peran dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan awal yang sangat strategis. Pentingnya pendidikan keluarga dalam proses pendidikan, juga disebabkan karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenali oleh seorang anak. Dalam lingkungan tersebut, anak akan belajar mengenali kararakter dari anggota keluarganya, sehingga akan Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 57 membentuk pola perilaku yang kemudian akan menjadi kebiasaan dalam hidupnya sehingga pada gilirannya nanti akan menjadi karakter yang melekat pada anak tersebut sebagai bagian dari ciri khas kepribadiannya. Model inilah yang sesungguhnya menjadi esensi utama dalam pendidikan, yang sebahagian besar proses pembentukannya terjadi dalam keluarga. Dalam proses pertumbuhan anak, keluarga merupakan hal terpenting yang menjadi pusat perhatian, hal ini disebabkan karenakeluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan faktoryang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian anak Wahyu, 2012253. Berdasarakan uraian dan deskripsi diatas, dapatlah dipahami bahwa konsep pendidikan keluarga, merupakan substansi utama dalam pendidikan. Dari lingkungan keluargalah anak akan mendapatkan gambaran awal yang menjadi representasi dalam kehidupannya. Representasi awal yang diterima dan diyakini anak sebagai kebenaran dalam keluarganya, akan membentuk paradigma mendasar, yang kelak akan menentukan perilaku dan karakter sang anak, hingga menjadi dewasa di lingkugan sosialnya. Sehingga pada hakekatnya, pendidikan keluarga baik yang dilakukan secara langsung melalui pengajaran dan pembiasaan, maupun secara tidak langsung melalui keteladan orang tuanya, tidak hanya bertujuan sebagai proses pemindahan pengetahuan transfer of knowledge, melainkan juga sebagai penanaman nilai transfer of values. Esensi pendidikan keluarga sebagai bentuk penanaman nilai transfer of values adalah hal yang sangat fundamental dalam proses pendidikan. Pandangan Al-Qur’an Mengenai Pendidikan Keluarga ayat 6 Terjemahnya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia dan batu-batu; Diatasnya malaikat yang kasar-kasar, yang keras-keras, yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan”. Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 58 Pada ayat di atas terdapat kata qu anfusakum yang berarti, buatlah sesuatu yang dapat menjadi penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat. Memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah swt. Selanjutnya kata wa ahlikum, maksudnya adalah keluargamu yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, pembantu dan budak, diperintahkan kepada mereka agar menjaganya, dengan cara memberikan bimbingan, nasehat, dan pendidikan kepada mereka. Perintahkan mereka untuk melaksanakannya dan membantu mereka dalam merealisasikannya. Bila melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah swt maka cegah dan larang mereka. Ini merupakan kewajiban setiap muslim, yaitu mengajarkan kepada orang yang berada di bawah tanggung jawabnya, segala sesuatu yang telah diwajibkan dan dilarang oleh Allah swt Srifariyati, 2016231. Adapun menurut tafsiran Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbahnya, menyatakan bahwa QS. At-Tahrim ayat 6 merupakan gambaran bahwa dakwah dan pedidikan harusah berawal dari rumah. Walaupun secara redaksional ayat tersebut tertuju kepada kaum pria ayah, namun hal tersebut bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Istilah Ayat tersebut juga meliputi perempuan dan lelaki ibu dan ayah sebagaimana ayat-ayat yang serupa misalnya ayat yang memerintahkan berpuasa yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Fakta tersebut mengindikasikan adanya pertangung jawaban moril orang tua untuk bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dan juga kepada pasangannya masing-masing, sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya Shihab, 2005237. Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan keadaan rumah tangga yang diliputi oleh nilai-nilai agama, serta diliputi oleh hubungan yang harmonis, melainkan harus terjalin kerjasama sebagai relasi yang setara untuk mewujudkan hal tersebut . QS. Thaaha ayat 132 Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 59 Terjemahnya “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat danbersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezkikepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat yang baikitu adalah bagi orang yang bertakwa”. Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw, dan setiap kepala keluargamuslim, untuk memerintahkan keluarganya melaksanakan sholat secara baik danberkesinambungan, pada setiap waktunya dan bersungguh-sungguhlah engkau wahaiNabi Muhammad saw dalam bersabar atasnya, yakni dalam melaksanakannya. Kami tidak meminta kepadamu rezekidengan perintah shalat ini, atau Kami tidakmembebanimu untuk menanggung rezeki bagi dirimu atau keluargamu, Kami-lah yang memberi jaminan rezeki kepadamu. Dan kesudahan yang baik di dunia dan diakhirat adalah bagi orang-orang yang menghiasi dirinya dengan ketakwaan Ni’mah, 201135. Ayat di atas QS. Thaaha ayat 132 dan sebelumnya QS. At-Tahrim ayat 6 memiliki korelasi perintah, dimana Allah swt menyuruh Nabi Muhammad sawuntuk memelihara keluarganya, yaitu dengan cara menyuruh ahlinya keluarganyamelaksanakan shalat dan bersabar dalam melaksanakannya. Maka dapatlah kitamemahami bahwa pengaruh da’wah yang beliau lakukan akan lebih besar jika ahlinyakeluarga yang terdekat, anak-anak dan istri-istrinya bersembahyang bertauhid sepertibeliau pula. Dan terlihat dari ayat tersebut, beliaulah Muhammad saw yang diperintahkan lebih dahulu,supaya mengamalkan sembahyang bertauhid untuk dirinya, kemudian supaya disuruhnya pulapara ahlinya keluarganya Ni’mah, 201136. QS. Asy-Syu’ara ayat 214 Terjemahnya “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu Muhammad yangTerdekat”. Ayat tersebut diatas memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk menghindarikemusyrikan yang dijelaskan pada ayat sebelumnya, maka pada ayat ini Allah swt berpesan kembali kepada Nabi Muhammad saw, untuk menghindari segala hal Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 60 yangdapat mengundang murka Allah swt, dan berilah peringatan-peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih. Dan rendahkanlah dirimu yakni berlaku lemah lembut, dan rendah hatilah terhadap orang-orang yang bersungguh-sungguh mengikutimu, yaitu orang-orang mukmin baik itu kerabatmu atau bukan Ni’mah, 201138. QS. Ali-Imran ayat 33 Terjemahnya “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dankeluarga 'Imran melebihi segala umat di masa mereka masing-masing.” Ayat diatas mengimformasikan bahwa sesungguhnya Dia Allah telah memilih beberapa keluarga atas penghuni bumi lainnya. Allah swt memilih Adam, Diamenciptakannya dengan tangannya, meniupkan kepadanya sebagian dari ruh-Nya, menjadikan para malaikat bersujud kepada-Nya, mengajarkan nama-nama setiap benda, menempatkannya di surga. Dalam semua perbuatan terdapat hikmahnya. Allah swt juga memilih Nuh sebagai Rasul pertama yang diutus-Nya bagi penghuni bumi, tatkala manusia mulai menyembah berhala dan syirik kepada Allah swt. Allah swt juga memilih keluarga Ibrahim, yang diantaranya ada junjungan manusia, yaitu Muhammad saw sebagai bagian dari keturunan ibrahim. Allah swt juga memilih keluarga Imran. Yang dimaksud Imran di sini ialah ayahanda Maryam binti Imran, dan ibundanya Isa bin Maryam, ia juga merupakan keturunan Ibrahim Ni’mah, 201139. QS. Al-Saffaat ayat 102 Terjemahnya “Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Ayat di atas menggambarkan perintah penyembelihan lewatmimpi yang datang dari Allah swt. Maka Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 61 Ibrahim harus percayaterlebih dahulu dan Isma’il juga harus mempercayainya bahwa mimpi bapaknya adalah wahyu yang turun dari Allah swt. Di sini dapatditarik kesimpulan bahwa ayat di atas mengandung materi pendidikankeimanan atau aqidah terhadap wahyu para Nabi saw. Selanjutnya sikapIbrahim meminta pendapat Isma’il dengan lapang dada mengandung materi pendidikan berupa pendidikan akhlak, yaitu sikap sabar danikhlas yang dimiliki Ibrahim karena ia mempunyai hati yang ada bantahan dan kemarahan sedikitpun dari Ibrahim, dalammenyampaikan mimpi yang dialaminya kepada Isma’il Nasihah, 201578. Ayat diatas juga mengandung metode dialogis dan demokratis, dilihat dari percakapan antara Ibrahim dan Isma’il, dengan mengedepankan sikap bijak agar menghasilkan kesepakatan diantara keduanya. Dan Ibrahim tidak memaksa sedikitpun kepada Isma'il agar sanggup untuk disembelih tetapi Ibrahim menggunakan hak Isma’il sepenuhnya. Dalam ayat ini, sikap Ibrahim digambarkan sebagai pendidik dan Ismail digambarkan sebagai peserta didik,sangat jelas ditampilkan dengan membawa sikap patuh dan tunduk sepenuhnya terhadap kebenaran. Pandangan Hadis Mengenai Pendidikan Keluarga At-Tirmidzi                       Artinya Dari Abdan dari Abdullah dari Musa bin Uqbah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma dari Nabi SAW bersabda Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya itu. Kepala negara adalah pemimpin, laki-laki adalah pemimpin atas anggota keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, maka setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu. At-Tirmidzi Hadis tersebut menjelaskan bahwa, peran orang tua dalam keluarga baik ayah maupun ibu terhadap anak-anak sangatlah mendasar. Hal terlihat dari pentingnya tanggung jawab orang tua,dalammemastikan Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 62 bahwa lingkungan keluarga telah mendukung proses tumbuh kembang anak, menjadi pribadi yang dewasa dan keluarga secara tidak sadar merupakan alat pendidikan meskipun peristiwa disekeliling anak tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, namun keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendidikan baik positif maupun negatif Padjrin, 20165. HR. Abu Dawud                     ,            Artinya “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri, berkata Ismail dari Abi Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud Abu Hamzah Al Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, berkata Rasulullah SAW Suruhlah anakmu melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah mereka anak laki-laki dan perempuan dari tempat tidur.” Abu Dawud Dari hadits di atas tampak sebuah metode pendidikan anak yaitu Pertama, memerintahkan anak untuk melakukan sholat pada usia 7 tahun. Kedua, setelah usia 10 tahun, bila seorang anak masih terlihat belum melaksanakan sholat, padahal orang tua sudah mengingatkannya orang tua boleh dengan peringatan yang agak keras yakni memukul anak tersebut pada bagian yang tidak membahayakan. Ketiga, pada masa ini anak menginjak usia puber baligh, maka diantara mereka harus sudah dipisahkan tempat tidurnya. Pada fase ini pendidikan dan pengarahan orang tua berkenaan dengan pembinaan ibadah dan agama yang difokuskan sejak anak-anak untuk membentuk mentalitas keluarga Daradjat, 1995 122. Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Telaah Al-Qur’an dan Hadis Berdasarkan telaah terhadap teks al-Qur’an dan Hadis mengenai pendidikan keluarga, maka dapat dikelompokkan tiga periodesasi yang terjadi dalam proses pendidikan keluarga, yaitu Zuhairini, 2006157 1. Periode Konsepsi Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 63 Terbentuknya keluarga yang sakinah serta anak-anak yang Shalih/shalihah sebagai representasi keberhasilan pendidikan keluarga, memerlukan proses yang sangat panjang. Proses tersebut bahkan harus diawali saat pemilihan pasangan hidup sampai dengan saat-saat menjelang kelahiran sang anak. Hal ini dipandang penting, sebab suami dan isteri dalam komunitas keluarga merupakan pelaku pendidikan yang berperan sebagai ayah dan ibu dalam keluarga. Berhasil ataupun gagalnya proses pendidikan dalam keluarga, akan sangat bergantung pada kualitas suami dan istri, serta pola kerjasama yang terbangun di dalamnya. Hal inilah yang menjadikan, periode konsepsi dalam pemilihan pasangan hidup menjadi bagian yang turut menentukan kualitas keluarga yang nantinya akan terbentuk. Secara eksplisit, Rasullulah saw, telah memberikan gambaran mengenai hal tersebut, yakni melalui hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim “Perempuan itu dinikahkan karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi pilihlah berdasarkan agamanya niscaya selamat dirimu.”HR. Bukhari dan Muslim. Hadis tersebut mengambarkan bahwa, proses pernikahan yang dilaksanakan untuk membentuk ikatan keluarga, tidak hanya terjadi secara natural, namun memiliki standarisasi yang harus dipenuhi. Standarisasi tersebut merupakan upaya konstruktif yang bertujuan untuk memastikan bahwa keluarga tersebut dapat menjadi keluarga yang sakinah, sehingga pada gilirannya nanti akan mampu mencetak generasi-generasi emas yang produktif serta berakhlaqul karimah. Mengingat pentingnya periode ini sebagai awal pembentukan keluarga, maka Islam melalui tuntunan Al-Qur’an dan Hadisnya sangat memberikan perhatian penuh dalam periodesasi ini, adapun cakupan dalam periode konsepsi ini ialah memilih suami, memilih istri, dan proses pernikahan. 2. Periode Pra Natal/ Prenatal Ajaran Islam menyebutkan bahwa masa kehamilan prenatal, Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 64 merupakan masa yang menentukan bagi kehidupan masa depan anak. Apa yang dirasakan anak ketika masih berada dalam kandungan, digambarkan sebagai situasi yang akan dialami dalam kehidupan selanjutnya Istigfaroh, 201242. Dalam QS. Ali Iman ayat 6 Allah swt berfirman “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS. Ali Iman ayat 6 Dahulu para ahli pendidikan berpendapat, bahwa pendidikan anak secara aktif dimulai setelah anak tersebut berumur 7 tahun. Kemudian berkembang pendapat baru, bahwa pendidikan anak secara akif dimulai setelah anak berumur 4 tahun yakni pendidikan Taman Kanak-kanak TK. pendapat tersebut lama bertahan. Namun muncul pendapat baru yang menyatakan bahwa pendidikan anak secara aktif dimulai sejak anak tersebut lahir. Hasil temuan terbaru dewasa ini, mengantarkan pada kenyataan bahwa pendidikan anak sebenarnya secara aktif telah dimulai saat istri positif mengandung, terutama saat bayi yang ada dalam kandungannya telah dapat bergerak, sebagai pertanda telah mendapat ruh nyawa. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa ruh nyawa yang ditiupkan malaikat, berdasarkan izin dan perintah dari Allah swt. Dalam Al-Qur’an telah tergambarkan bahwa anak yang berada dalam kandungan memiliki kemampuan kognitif yang tinggi. Hal ini tergambarkan pada firman Allah swt dalam QS. Al-A’raf ayat 172 “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab "Betul Engkau Tuban kami, kami menjadi saksi." Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan "Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan".QS. Al-A’raf ayat 172. Menurut Abul A’la al-Maududi dalam tafsirnya, ayat diatas menjelaskan bahwa Allah akan mengumpulkan seluruh manusia, membariskan mereka berdasarkan kumpulan, kelompok atau zaman- Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 65 zaman tertentu memberikan mereka bentuk akal pikiran dan kemampuan berbicara. Lalu Allah mengambil perjanjian dan kesaksian bahwa Allah sebagai Tuhannya. Mereka menjawab dan membenarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa Mar’atussholihah, 200743. Ruh yang mengaku bertuhan kepada Allah swt dalam proses pembaitan tersebut mengindikasikan bahwa anak yang dalam kandungan sudah dapat didik dan telah beriman. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak yang berada dalam kandungan prenatal sudah dapat didik. Karena ia sendiri, sebenarnya sudah hidup berkat ruh yang diberikan Allah swt kepadanya. Nyawa ruh inilah yang sesungguhnya membuat janin menjadi responsive terhadap rangsangan-rangsangan yang diberikan. Pendidikan prenatal menjadi salah satu bagian penting dari rangkaian pendidikan keluarga yang turut menentukan karakter dan kepribadian anak yang dihasilkan tersebut. 3. Periode Post Natal Pendidikan keluarga pada periode post natal, dipahami oleh penulis sebagai pola pendidikan keluarga yang dilakukan setelah anak lahir ke dunia, pendidikan keluarga pada periode ini oleh penulis diaplikasikan kepada masing-masing pihak yang terlibat secara aktif di dalam proses pendidikan tersebut. Hal ini berangkat dari kesadaran penulis yang menyakini bahwa, pendidikan keluarga sesungguhnya merupakan proses pendidikan, yang dilakukan kepada semua pihak yang menjadi komponen pelaku utama dalam keluarga, yang meliputi 1 Pendidikan suami dalam konteks pendidikan keluarga, dimaksudkan sebagai proses pendidikan yang menyangkut hal-hal yang menjadi tanggung jawab suami untuk diupayakan menyangkut hubungannya dengan hak istri. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman QS. An-Nisa ayat 34 “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebahagian dari hata mereka.QS. An-Nisa ayat 34. Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 66 Adapun dalam sabda Nabi saw “seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluargannya dan ia bertanggung jawab atas mereka.”HR. At-Tirmizi. 2 Pendidikan pendidikan suami diatas, pendidikan kepada Istri juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya, hal ini berangkat dari adanya kesadaran bahwa tugas penting seorang istri dalam rumah tangga sangat menentukan kualitas keluarga tersebut. Hal ini disebabkan karena secara umum waktu perempuan lebih banyak dihabiskan dilingkungan keluargannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Dian Lestari bahwa dibalik seorang laki-laki suami yang hebat terdapat perempuan istri yang hebat pula. Hal ini dicontohkan oleh salah satu tokoh istri yang sangat luar biasa dalam sejarah umat Islam yakni Siti Khadijah istri Rasulullah saw, kesetian dan pengorbanannya yang tulus menjadi salah satu pendorong utama sprit dan motivasi dakwah Rasulullah saw Lestari, 2016262. Hal ini memperlihatkan bahwa seorang istri memiliki andil yang sangat besar dalam mewujudkan keluarga yang tentram dan bahagia. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman QS. An-Nisa ayat 34 “...Wanita yang shaleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka..”QS. An-Nisa ayat 34 Hal ini didukung pula oleh hadis Nabi saw Istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas mereka yang dipimpinnya 3 Pendidikan Orang orang tua dalam konteks pendidikan keluarga dipahami sebagai pendidikan yang menitik beratkan pada tugas serta tanggungjawab ayah dan ibu sebagai orang tua, yang menyangkut hubungan dengan anak-anaknya. Hal ini penting sebab dalam keluarga, orang tua merupakan sumber keteladanan bagi anak-anaknya, sehinggga peran orang tua dalam keluarga turut menjadi penentu yang sangat berperan penting dalam menentukan kualitas output keluarga itu sendiri. mengingat Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 67 pentingnya peran orang tua dalam keluarga, maka dipandang perlu melakukan pendidikan orang tua sebagai bentuk proses penyadaran akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua yang baik dalam keluarga. 4 Pendidikan Anak. Pendidikan anak dalam konteks pendidikan keluarga pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan yang menyangkut hubungannya dengan kedua orang tuanya, output yang diharapkan dari pendidikn anak ialah lahirnya anak-anak yang shalih dan shalihah dalam keluarga. Esensi dari pendidikan anak ialah mengupayakan terjadinya penyadaran secara komprehensif, sehingga sang anak akan memposisikan dirinya sebagaimana tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang anak dalam keluarga, yakni berbakti kepada orang penting keluarga sebagai basis pendidikan anak telah diuraikan oleh Mufatihatut Taubah, yang secara tegas menyatakan bahwa keluarga merupakan basis utama pendidikan anak. Dalam keluargalah untuk pertama kalinya seorang anak belajar untuk memahami lingkungan dan dirinya sendiri Taubah, 2015110. Sebagai basis utama tentunya pendidikan anak dalam keluarga lebih menitik beratkan pada aspek keteladan yang diberikan kepadanya. Keteladan yang diberikan oleh kedua orang tua menjadi dasar bagi seorang anak untuk mendeskripsikan nilai-nilai kehidupan yang diyakininya sebagai kebenaran, sehingga kelak menjadi prinsip hidup bagi anak hal-hal yang menyangkut pendidikan anak dalam keluarga untuk menjadikan seorang anak menjadi anak yang shalih dan shalihah, ialah sebagai berikut taat dan berbakti kepada orang tua, memberi nafkah orangtua dan memeliharannya, memberi nasehat kepada orang tua, serta mendo’akan kedua orang tua Miharso, 2004130. Kesimpulan Syahrial Labaso’, Konsep Pendidikan Keluarga dalam.. 68 Berdasarkan uraian dalam tulisan ini, dapat dipahami bahwa konsep dasar pendidikan keluarga secara umum bertujuan untuk melahirkan lingkungan pendidikan bagi anak sebagai peserta didik dalam keluarga, dimana orang tua ayah dan ibu berperan sebagai pendidik. Hasil dari proses pendidikan tersebut, ialah seorang anak diharapkan mendapatkan gambaran awal yang menjadi representasi dalam kehidupannya. Representasi awal yang diterima dan diyakini anak sebagai kebenaran dalam keluarganya akan membentuk paradigma mendasar, yang kelak akan menentukan perilaku dan karakter sang anak hingga menjadi dewasa di lingkungan sosialnya. Sehingga esensi yang sangat mendasar dalam pendidikan keluarga ialah melakukan proses penanaman nilai Values yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, sebagai proses reigenerasi dalam keluarga. Adapun dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadis, pendidikan keluarga dipahami sebagai bentuk proses pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai akidah Islam yang meliputi pendidikan suami, pendidikan istri, pendidikan orang tua, dan pendidikan anak. Dengan prinsip-prinsip dasar berupa kasih sayang, demokratis, kesabaran, kemandirian, kemanusian, dan kedisiplinan. Daftar Pustaka Daradjat Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta Ruhana, 1995. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta Lentera Abadi, 2011. Istigfaroh, “Pendidikan Prenatal Dalam Perspektif Pendidikan Islam Kajian Buku Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Kado Buat Pengantin Baru, calon Ibu dan Ibu Hamil”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012. Jailani “Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua”, Jurnal Nadwa, Volume 8, Nomor 2, Tahun 2014. Lestari Dian, “Eksistensi Perempuan Dalam Keluarga”, Muwazah, Volume 8, Nomor 2, 2016. Mar’atussholihah Siti, “Konsep Pendidikan Anak Prenatal Secara Islami Di Tinjau Dari Perspektif Biologi”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007. Miharso Mantep, Pendidikan Keluarga Qur’ani, Yogyakarta Safiria Insania Press, 2004. Nasihah Durotun, “Makna Pendidikan Keluarga Dalam Al-Qur’an Surah Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. XV, No. 1, Juni 2018 69 Al-Saffat ayat 100-102”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang, 2015. Ni’mah Eni Shofiatun, “Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Al-Quran”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. Padjrin, “Pola Asuh Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Intelektualita, Volume 5, Nomor 1, 2016. Puspitawati Herien, Gender dan Keluarga Konsep dan Realita di Indonesia, Bogor IPB Press, 2013. Shihab Tafsir Al-Misbah Volume 14, Cet. III, Tangerang Lentera Hati, 2005. Srifariyati, “Pendidikan Keluarga dalam Al-Quran Kajian Tafsir Tematik”, Jurnal Madaniyah, Volume 2, Edisi XI, 2016. Taubah Mufatihatut, “Pendidik Anak Dalam Keluarga Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Volume 3, Nomor 1, 2015. Timizi At, Sunan al-Tirmizi- Al Jami’ al-Shahih, Juz III, Semarang Toha Putra, 2003. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, Bab II, Pasal 4, Ayat 2. Wahyu Hasbi, “Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama”, Jurnal Ilmiah Didaktika, Volume 12, Nomor 2, 2012. Yohana Neni, “Konsep Pendidikan Dalam Keluarga”, OASIS, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2017. Zuhairini, Islam dan Pendidikan Keluarg Dalam Qou Vadis Pendidikan Islam Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial Keagamaan, Malang UIN Malang Press, 2006. diakses pada tanggal 12 Desember 2017, pukul Wib. pada tanggal 12 Desember 2017, pukul Wib. pada tanggal 12 Desember 2017, pukul Wib. ... " The verse explains that Allah SWT ordered Prophet Muhammad SAW to avoid polytheism and advised Prophet Muhammad SAW to avoid all things that could invite the wrath of Allah SWT, and give warnings to your closest relatives without favoritism. And humble yourself, that is, be gentle, and be humble towards those who truly follow you, namely the believers, whether they are your relatives or not Labaso, 2018. The conclusion of this verse contains educational material faith or belief in the Prophets' revelations. ...... Furthermore, the attitude of Prophet Ibrahim, asking Isma'il's opinion gracefully contained educational material in the form of moral education, namely patience and compassion sincerity that Prophet Ibrahim had because he had a pure heart. There is no rebuttal or anger from Prophet Ibrahim in conveying the dream he experienced to Isma'il Labaso, 2018. ...Eni KusriniAccording to the Islamic view, children's first and foremost education is education in the family. Following the Islamic view, education in the family is based on Islamic religious guidance applied in the family and intended to shape children into human beings who believe and are devoted to God Almighty and have a noble character in everyday life. The research method used is literature study, namely the study of books, articles, and other literature related to the researched theme i. Family education aims to create an educational environment for children as students in the family, where parents act as educators and have a crucial role in determining the future children's lives. So that the very essence of family education is to carry out the process of installing Islamic values in the form of faith, worship, and moral education carried out by parents to their children as a process of regeneration in the family.... Keluarga adalah kelompok sosial pertama bagi manusia, maka pusat pendidikan pertama dan yang paling utama ada pada Keluarga Wahy, 2012, Ki Hajar Dewantara menguraikan peran penting pendidikan keluarga, sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar, dan juga bisa menyebabkan kesulitan belajar. Faktor ini antara lain cara mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, bimbingan dari orang tua Labaso, 2018. ...Noor Fazariah HandayaniMahrita MahritaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar matematika pada siswa kela IV di Sekolah Dasar Negeri Jawa 2 Martapura Kabupaten Banjar. Subjek penelitian siswa dan siswi SDN Jawa 2 Martapura Kabupaten Banjar. Teknik pengumpulan data diambil melalui angket, dan observasi. Hasil penelitian menunujukan bahwa dari faktor internal, banyak 66% siswa mengatakan tidak pernah mempunyai kemauan dalam mengerjakan soal Matematika, cukup banyak 46,33% siswa mengatakan tidak pernah senang terhadap pembelajaran Matematika, banyak sekali 90% siswa mengatakan selalu kesulitan terhadap pembelajaran Matematika, cukup banyak 49,33% siswa mengatakan tidak pernah minat terhadap pembelajaran Matematika, sedikit 40% siswa mengatakan kadang-kadang siap mengikuti dalam pembelajaran Matematika. Sedangkan dilihat dari faktor eksternal, cukup banyak 48,66% siswa mengatakan tidak pernah senang terhadap cara mengajar Guru di kelas, sedikit 37,66% siswa mengatakan kadang-kadang saja Guru mata pelajaran Matematika menggunakan metode pembelajaran, cukup banyak 48% siswa mengatakan tidak pernah mendapatkan sarana pembelajaran Matematika yang memuaskan, banyak 63,5% siswa yang mengatakan selalu senang terhadap kondisi kelas yang tenang. Sehingga disarankan kepada semua pihak sekolah agar terus meningkatkan teknik dan kreativitas dalam mengajar, serta terus memberikan bimbingan dan motivasi para siswa dalam mengajar.... Keluarga adalah lembaga sosial terkecil yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Keluarga menjadi motor penggerak pendidikan Islam pada anak Labaso', 2018. Secara sosiologis, untuk menciptakan masyarakat aman, bahagia, tenteram dan sejahtera merupakan sebuah tuntutan dalam sebuah keluarga. ...Eva Wiji LestariIsa AnshoriThis research aims to uncover the religious understanding of Muslim families, religious education patterns of Muslim family children as well as looking for problems as well as the supporting capacity of parents in providing religious education to children in industrial era families in Jati Village. This research is a type of qualitative research with a phenomenological approach. The results of this study show that first, understanding the religion of Muslim communities only around the pillars of Islam and formal religious rituals coupled with the development of modernization has a shift in religious behavior in society; second, the pattern of religious education in children among the Muslim families of Jati Village, among others, educate with patience, compassion, habituation and educate with permissive patterns and democratic patterns; third, factors that become problems of Islamic education in the Muslim family environment in Jati Village, namely, the attention and example factors of parents, technology factors, factors lack interest in studying Islamic religious sciences and environmental factors; fourth, the support capacity of parents in providing religious education in the industrial era is that access to information is easier and does not cost much. AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengungkap pemahaman keagamaan keluarga muslim, pola pendidikan keagamaan anak keluarga muslim serta mencari problematika juga daya dukung orang tua dalam membekali pendidikan keagamaan pada anak dalam keluarga era industri di Desa Jati. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, pemahaman agama masyarakat muslim hanya seputar rukun Islam dan ritual formal keagamaan ditambah dengan perkembangan modernisasi berdampak pergeseran perilaku keagamaan pada masyarakat; kedua, pola pendidikan keagamaan pada anak di kalangan keluarga muslim Desa Jati antara lain mendidik dengan kesabaran, kasih sayang, pembiasaan serta mendidik dengan pola permisif dan pola demokratis; ketiga, faktor-faktor yang menjadi problematika pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga muslim di Desa Jati yakni, faktor perhatian dan teladan orang tua, faktor teknologi, faktor kurangnya minat mempelajari ilmu agama Islam dan faktor lingkungan; keempat, daya dukung orang tua dalam memberikan pendidikan keagamaan di era industri adalah akses informasi semakin mudah dan tidak memerlukan banyak MaslanSalminawati SalminawatiParentah LubisNelly RahmitaTeaching the truth is a principal matter that must be given to children from an elementary age. Because, children will easily actualize the value of truth if it is imprinted from the foundation. This study aims to describe the efforts of teachers in increasing the understanding of elementary students aged 6-12 years about the concepts of Islamic teachings including bayani, 'irfani, and burhani. Of course, this theory of truth will be compared between the truth from Western and Islamic perspectives. This research uses a qualitative approach with the method of literature study. Obtaining and analyzing data comes from literature review materials in the form of books, scientific articles, proceedings, and final assignments thesis, thesis, dissertation. Research data analysis materials were obtained from credible websites such as Google Scholar and Sinta. The results of this study concluded that the teacher's efforts to increase elementary-age students' understanding of bayani, 'irfani and burhani as basic concepts of truth from an Islamic perspective were carried out well. This is based on 1 mainstreaming truth based on revelation/al-Qur'an the word of Allah swt. as the highest authority in measuring truth. Then 2 logic in the form of reason, empirical and intuition becomes a supporting factor for students in understanding the truth of Divine Wulan SariTechnological advances that continue to develop have a negative and positive affect on the world of Islamic education in the family. Previously, conversations could only be done person to person, but now it can be done online. As a result, families have to race against the media, which is difficult to control. The methods the authors used in this research is qualitative through a literature study research model that uses research data sources from documents in the form of books, scientific articles, reviews or previous research results. The study of Luqman's letter verses 12-19 was carried out as a way to sharpen the discussion regarding the relationship between Islamic education and the role of the family in facing the digital era. Based on Luqman's letter, verses 12-19, there are several values of Islamic education that need to be applied in the digital era, namely monotheism, morality, worship ubudiyah, social, mental and exemplary. The steps for planting education include; First, the cultivation of faith or faith education. Second, religious education such as prayer, fasting and reading the Koran. Third, moral education. The development of the digital era still places parents as the main actors in providing Islamic education in the family. The development of the digital era requires parents to consistently maintain their children's nature, instill faith, straighten and motivate children, and provide good information. So, no matter how strong the current, the child will remain strong and not fall into bad MunardiMuhammad Julfahmi NasutionIrham DongoranMany complaints from parents, educators, and the public regarding the behavior of teenagers that are difficult to control, naughty, stubborn, deviant behavior, and others. This problem also occurs in Bulu Bargut Village, Marbao, North Labuhan Batu, North Sumatra. Therefore, community service programs are used as a solution to solve juvenile delinquency by directing them to useful activities. This community service uses the Participatory Action Research PAR method, by being directly involved in extracting diverse information, then taking action as a solution to problems that have been identified, and by participating in building the design and implementation of actions based on research results. The basis for doing PAR is the need to get the desired changes. During the seventeen days of activities carried out, it has succeeded in instilling the love of Al-Qur'an in teenagers. With the love of the Qur'an, it is hoped that they can stay away from and reduce the existence of useless activities during the month of Ramadan such as wild racing playing social media, and games. Then the result of the community service program is that the community is enthusiastic to participate in the activities held such as training activities on the nature of the prophet's wudu, lectures before tarawih salat, Friday khatib, and iftar jama’i. So the program carried out is very effective in overcoming and handling juvenile delinquency in Pulo Bargot Village through intensive learning of the Qur'an and teaching Islamic morals. Then what is more important is that the community support is very positive in receiving this program. Likewise, teenagers are very enthusiastic about memorizing the Qur'an and participating in programs implemented during community service NingsihAsnil Aidah RitongaThis study aims to analyze the concept of children's education in the Qur'an through the study of thematic interpretation approaches. The terms of children's education discussed are the words tarbiyah and ta'lim. Researchers try to analyze this study with the help of thematic interpretation maudhu'i by searching for verses relevant to education. This research is a qualitative type with a library research method. The results of this study indicate that the concept of education for children in terms of tarbiyah and ta'lim is a procedure for developing, maintaining, and fostering children in order to provide scientific readiness and skills for students. This is intended so that the child has a complete and noble personality, and is able to carry out the mandate as a caliph and servant of Allah on RidwanSelamat PasaribuAmroeni DrajatSalminawati SalminawatiThis study aims to analyze the concept of children's education in the perspective of the Koran. In this context, the essence of the meaning of the term tarbiyah becomes the basic foundation of research. This research uses a qualitative approach with a literature study method. Data collection and analysis was carried out using scientific reference materials, including scientific articles, books, proceedings and final assignments thesis, theses, dissertations which were tracked via the internet on the google scholar indexer, DOAJ, science direct, and scimago JR. The results of this study found that the concept of child education in the Qur'an contains an element of "love" like parental education for children in the concept of tarbiyah. The elements of the concept of education for children in the perspective of the Qur'an describe learning obligations, educational goals, the role of educators, educational objects, educational methods, and educational materials for children. Thus, the education given to children is comprehensively based on the worldview of monotheism in realizing human beings perfect.Oki WitasariEducation is an effort to change people’s attitudes and ways of thinking for the better, education can be carried out with adult guidance who leads to become a good person in attitude and thinking based religion. The most important education is family education, because in the family the child first begins to learn everything from how to speak, read, write, and get to know various things in their environtment. This article describes family education in Qs. Luqman verses 12-19. In this verse contains various ways to educate the good character so that they become human beings with noble character. This research is research that uses a qualitative literature method,with a descriptive analyzed and presented in the form of a description. This study resulted in the findings that the verses 12-19 have the value of family education so that it can be used as a basis for parents and teachers in educating children. In the interpretation of verses12-19 it is very suuitable to be exspressed in the current mesa family education, this is because in Luqman family education teaches his children to always be grateful, monotheism, do good to parents, establish prayers, do not be arrogant, and soften their voices. ABSTRAK Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengubah sikap dan cara berfikir manusia menjadi lebih baik, pendidikan dapat dilaksanakan dengan bimbingan orang dewasa yang mengarahkan untuk menjadi pribadi yang baik dalam bersikap maupun berfikir dan berlandaskan pada agama. Pendidikan yang paling penting adalah pendidikan keluarga, karena dalam keluarga anak pertama kali mulai belajar segala hal dari cara berbicara, membaca, menulis, dan mengenal berbagai hal di lingkungannya. Artikel ini mendeskripsikan tentang pendidikan keluarga dalam QS. Luqman ayat 12-19. Dalam ayat ini berisi berbagai macam cara mendidik anak agar menjadi manusia yang berahlak mulia. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif pustaka, dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu sebuah pendekatan yang digunakan untuk menemukan apa-apa yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya, dideskripsikan dengan data-data yang diperoleh, kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pada QS. Luqman Ayat 12-19 terdapat nilai pendidikan keluarga sehingga dapat dijadikan landasan bagi orangtua maupun guru dalam mendidik anak. Pada penafsiran ayat 12-19 sangat cocok diterapkan dalam pendidikan keluarga masa kini, Hal itu karena dalam pendidikan keluarga Luqman mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bersyukur, menjauhi perbuatan syirik, berbuat baik kepada orangtua, mendirikan shalat, jangan sombong, dan melunakkan suara. Kata Kunci Pendidikan Keluarga dan QS. Luqman ayat 12-19 Islahuddin IslahuddinRoslan Bin YahyaZulkifli Bin Awang BesarEducation in a family with a muslim perspective is an education based on islamic religious guidance applied in the family that aims to shape children to become human beings who believe and fear Allah, as well as noble practices that include spiritual, ethical, ethical, moral, or understanding and experience of religious values in everyday life. This is one form of amar makruf nahi munkar in family life, namely by providing education to his daughter's son based on Islamic teachings. In getting to maturity, children need various processes played by their mothers and fathers in the family environment. The pattern of religious education in Islam is basically an example of the behavior of the Prophet Muhammad peace be upon him in building his family and friends, because everything done by the Prophet Muhammad peace be upon him is a form of manifestation of the content of the Qur'anic verse. As for the implementation, the Prophet Muhammad peace be upon him provided an opportunity for his followers in developing ways of education in children in the family as long as this method does not conflict with the principles of the implementation of education carried out by the Prophet Muhammad Padjrin PadjrinOrang tua dalam keluarga memiliki peran dan tanggung jawab terhadap anaknya. Setiap orang tua ingin mempunyai anak yang berkepribadian akhlak mulai atau yang saleh. Untuk mencapai keinginan tersebut, orang tua diharapkan untuk mengoptimalkan peran dan tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anaknya. Mengasuh dan mendidik anak yang dilakukan orang tua dengan berbagai macam pola asuh seperti demokratis; otoriter; permisif; dan penelantar acuh tak acuh. Pola asuh yang menjadi sorotan saat ini adalah pola asuh otoriter yang identik dengan tanpa kasih sayang, kekerasan, mengengkang anak, dan memaksa. Pola ini akan menjadikan batin anak tersiksa, krisis kepercayaan, potensinya tidak berkembang secara optimal, hingga mengalami trauma dan sebagainya. Pola asuh seperti ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mengawali konsep kasih sayang dalam mendidik anak. Islam sebagai agama solutif terhadap permasalahan yang terjadi dalam keluarga tentang bagaimana mendidik anak sesuai dengan usia dan masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Pola asuh ini telah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Adapun pola asuh tersebut, yaitu membimbing cara belajar sambil bermain pada jenjang usia 0-7 tahun; menanamkan sopan santun dan disiplin pada jenjang usia 7-14 tahun; dan ajaklah bertukar pikiran pada jenjang usia 14-21 tahun, dan sesudah itu lepaskan mereka untuk Taubahp> Bahasa Indonesia Pendidikan anak yang pertama dan paling utama dalam Islam adalah pendidikan dalam keluarga yang berperspektif Islam. Pendidikan dalam keluarga yang berperspektif Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada tuntunan agama Islam yang diterapkan dalam keluarga yang dimaksudkan untuk membentuk anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia yang mencakup etika, moral, budi pekerti, spiritual atau pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu wujud amar makruf nahi munkar dalam kehidupan keluarga, yaitu dengan memberikan pendidikan kepada putra putrinya berdasarkan ajaran Islam. Anak dalam menuju kedewasaannya memerlukan bermacam-macam proses yang diperankan oleh bapak dan ibu dalam lingkungan keluarga. Pola atau metode pendidikan agama dalam Islam pada dasarnya mencontoh pada perilaku Nabi Muhammad SAW dalam membina keluarga dan sahabatnya. Karena segala apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan manifestasi dari kandungan al-Qur’an. Adapun dalam pelaksanaannya, Nabi memberikan kesempatan pada para pengikutnya untuk mengembangkan cara sendiri selama cara tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh Nabi SAW. English The first and the prime education for children in Islam is the Islamic family education. This family education is based upon Islamic guidance in purpose of building children’s faith, piety, highest endeavor –including ethics, morality, and spirituality, and the practice of religious values in daily life. This effort is a kind of amar makruf nahi munkar in family scope. Children needs family model for their future mental and spiritual development. The model and methods of Islamic education in the family scopes are adopted pretty much from the way of our prophet Muhammad taught his family and his companions. Muslim believes that whatever done by the prophet is the manifestation of Quranic essence. In the implementation level, the prophet let his companions and his follower to develop the teaching as long as the development itself in line with educational principles by the prophet. TLqo09.
  • l43coy4dfw.pages.dev/63
  • l43coy4dfw.pages.dev/255
  • l43coy4dfw.pages.dev/222
  • l43coy4dfw.pages.dev/367
  • l43coy4dfw.pages.dev/253
  • l43coy4dfw.pages.dev/297
  • l43coy4dfw.pages.dev/32
  • l43coy4dfw.pages.dev/153
  • l43coy4dfw.pages.dev/393
  • apa yang dikehendaki allah dalam keluarga